Tampilkan postingan dengan label kumpulan artikel yang perna muat di media massa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kumpulan artikel yang perna muat di media massa. Tampilkan semua postingan

Selasa, 06 September 2011

FORKOPMADE: Menanti Penyaluran Asrama Permanen di Jogyakarta.


Jogyakarta- Pemerintahan Daerah Kabupaten Deiyai Papua dalam rapat internal birokrasi sudah anggarkan dana pendidikan 8 miliar diperuntukan bagi Mahasiswa Deiyai se- Indonesia oleh Bapak Basilius Badii, BA selaku Pejabat Bupati Deiyai tahun 2011 adalah tugas akhir, pemondokan dan asrama permanen. Untuk asrama permanen terdapat 2 tempat yakni Kota Studi Manakwari dan Kota Studi Jogyakarta.
Kebijakan dari Pemda Kabupaten Deiyai akan membangun asrama permanen di Papua dan luar Papua, sehingga Pemda Deiyai sudah beli lokasi dan bangunan asrama permanen di Papua sudah mencapai 65 % dalam proses pembayaran sarana dan prasarana di kota studi Manakwari Papua, kata Yulius Pekei selaku Ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Deiyai (IPMADE) Jogyakarta – Solo.
Sedangkan, Kota Studi Jogyakarta telah ditetapkan untuk mendapatkan asrama permanen pada anggaran tahun 2011 ini, tetapi belum ada komunikasi kepada Badan Pengurus Pusat (FORKOPMADE) se- Jawa-Bali maupun Badan Pengurus  IPMADE kota studi Jogyakarta – Solo bahwa akan dibangun atau dibelikan asrama permanen, terang Pekei sebagai Kordinator Pendidikan FORKOPMADE se- Jawa dan Bali ini.
Yulius Pekei sebagai Ketua IPMADE Jogyakarta-Solo ini diharapkan perlu ada koordinasi yang baik Pemda Deiyai dengan Badan Pengurus FORKOPMADE se- Jawa-Bali khususnya Ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Deiyai di Jogyakarta – Solo. Harapan kami sebagai Mahasiswa Deiyai terbuka menerima pencairan dana asrama permanen oleh pemda Deiyai yang akan membangun asrama permanen asset Kabupaten Deiyai diperuntukan bagi para mahasisawa Mee merupakan suatu terobosan baru buat generasi penerus bangsa oleh Pemda Deiyai khususnya dari wilayah Meuwodide.
Namun, sering jadi pertanyaan Mahasiswa Deiyai kota studi Jogyakarta – Solo bahwa “ kapan realisasikan asrama Deiyai di Jogyakarta?” itulah pertanyaan yang selalu lontarkan oleh Pekei sebagai Koordinator Pendidikan, Forum Komunikasi Pelajar dan Mahasiswa Deiyai (FORKOPMADE) se- Jawa dan Bali ini.


Elias Bidaugi Pigome sebagai Ketua Umum Forum Komunikasi Pelajar dan Mahasiswa Deiyai se- Jawa dan Bali, membenarkan pertanyaan yang dilontarkan oleh Ketua IPMADE Yogyakarta karena belum ada komunikasi dari pemda Deiyai pada mahasiswa  Deiyai melalui organisasi yang ada untuk pencairan dana pemondokan dan asrama permanen di Jogyakarta.
Pemda Deiyai belum realisasi hingga saat ini adalah pemondokan dan asrama permanen khususnya di Jawa dan Bali. Pemondokan diperuntuk beberapa kota studi di Jawa dan Bali antara lain Bandung, Bogor, Jakarta, Semarang, Malang, Surabaya dan Bali. Satu kota studi akan mendapatkan asrama permanen di Jogyakarta – Solo. Untuk penjabaran rincian sudah jelas media lokal (papuaposnabire.com) pada tanggal 24 Agustus 2011
Pihak organisasi FORKOPMADE diharapkan komunikasi yang baik harus terbagun dengan mahasiwa melalui organisasi untuk membangun asrama permanen asset Pemda Deiyai. Mengapa diharapakan komunikasi yang baik dengan mahasiswa Deiyai dari Pemda Deiyai? Kami sebagai mahasiswa Deiyai selalu percayakan pada organisasi, sebab semua kegiatan dalam organisasi selalu saling kordinasi untuk mengambil kesepakatan bersama ketua dan anggota Mahasiswa Deiyai di Jawa – Bali. Organisasi itulah pengambilan keputusan tertinggi ditingkat Mahasiswa asal Deiyai, artinya semua keputusan ada pada Badan pengurus dalam organisasi untuk menentukan dan menetapkan semua kegiatan termasuk Pengadaan pemondokan maupun asrama permanen.

Penulis adalah Mahasiswa aktif pada Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Kebumian Energi,  Universitas Trisakti  di Jakarta.


Minggu, 06 Maret 2011

MISKIN DI TENGAH MELIMPAHNYA TRILIUNAN RUPIAH

Memprihatinkan. Setelah sekian lama arus investasi dan modal pendidikan mengalir di papua, ternyata kehadiran itu tidak berbanding lurus dengan pesatnya peningkatan kesejahtraan warganya, terutama masyarakat asli papua. lebih menyedikan, sebagian besar masa usia sekolah dasar justru tersinggkir dan menjadi penontong bahkan korban jiwa. Disamping itu perkembangan ekonomi masyarakat pribumi makin merosot dibanding pengusaha transmigrasi. Disana sangat jelas terungkap yang mana, memiliki kajian ekonomi regianal Triwulan II Tahun 2009 yang dilakukan bank indonesia di propinsi papua dan papua barat, kinerja ekonomi makro dan mikro di kedua wilayah tersebut dinilai cenderung membaik. Pertumbuan ekonomi di papua mencapai angka mendekati empat persen (4%), dan propinsi papua barat mendekati enam persen (6%).
Salah satu penopan kinerja makro ekonomi itu adalah tingkat konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah yang cenderung meningkat. Hal itu memang terbukti, jalang dan jembantang banyak dibangun wilayah pedalam, puskesmas banyak dibangun di distrik-distrik, namun disini mucul pertanyaan dimanakah gedung gedung sekolah yang berbobot?
Diperkotaan, ruko banyak dibangun hingga sampai tersinggirkan masyarakat pribumi. Geliat sektor jasa pun turut bergerak dengan didirikannya banyak hotel baru. Semua itu menunjukkan aktivitas belanja infrastruktur yang gencar di kedua provinsi tersebut.
Selain itu, saya juga memaparkan kinerja industri penerbangan khususnya di papua menyumbang hingga enam puluh persen (60 %) lebih, produk domestik regional bruto propinsi papua yang mencapai RP 18,94 Triliun ( data badan pusat statistik di papua, 2009). Untuk propinsi papua barat diperkirakan masa mendatang laju pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat seiring dimulainya pengapalan gas alam cair dari lapangan tanggu di bintuni. Juli tahun lalu sebanyak 136.000 meter kubik gas alam cair telah di kirim ke korea selatan dan itu menandai cikal bakal lahirnya industri strategis di Wilaya Indonesia Timur, khususnya di Papua. Kehadiranya mampu memberikan efek domino bagi kinerja perekonomian di wilaya tersebut, sementara masyarakat asalnya disingirkan dan di aniyaya di seluruh papua baik dari pelosok hingga sampai perkotaan. Tahun ini, data dari media cetak kompas jumat, 5 februari 2010, kedua profingsi itu akan mengelola dana total lebih dari RP 31 triliun dana yang berasal dari APBN. Capaian itu tentu kita tidak mengherangkan. Apa lagi kita bayangkan dengan tambang terbesar PT Freeport Indonesia, sebagian besar orang dipandan memberikan kontribusi ekonomi luar biasa. Misalnya juru bicara PT Freeport Indonesia Mindo Pangaribuan, mengatakan nilai investasi perusahan tambang itu mencapai 6 miliar dollar AS lebih.
Tercatat kontribusi ekonomi tahuan 2008 mencapai anggka 1,2 miliar Dollar AS, yang terdiri dari pembayaran pajak, royaliti dan dividen. Total sejak penanda tanganan kontrak karya kedua pada tahun 1992, kontribusi perusaan ekonomi perusaan tersebut kepada pemerinta indonesia mencapai lebih dari 8 miliar dollar AS. belum termasuk manfaat langsung yang dinikmati lebih dari 12.000 karyawan lokal di Timika atau mencapai 20.000 karyawan jika ditambah dengan karyawan dari perusahaan subkontrak yang bekerja di PT Freeport Indonesia. Pada hal setiap hari PT freeport mengkantonggi 102 kg Emas sesuai yang di ungkapkan oleh lamadi lamato pada saat kunjungan Presiden SBY hari minggu 21/11/2010 kemarin.
Di Provinsi Papua Barat, kehadiran British Petroleum di Tangguh dengan nilai investasi mencapai 5 miliar dollar AS dan menyerap 10.000 tenaga kerja juga dinilai akan mampu menggerakkan efek domino terhadap kinerja ekonomi lokal.
Miskin
Namun, di tengah membaiknya kinerja ekonomi itu dan derasnya arus investasi di Papua dan Papua Barat, data Badan Pusat Statistik Provinsi Papua tahun 2009 menunjukkan, hingga Maret 2009 tercatat jumlah penduduk Papua yang hidup di bawah garis kemiskinan mencapai 760.000 lebih atau setara dengan 37,53 persen total jumlah penduduk Papua.
Jumlah itu meningkat lebih dari 27.000 jiwa jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan pada Maret 2008 yang mencapai 733.000 orang lebih. Meskipun dalam empat tahun terakhir data Survei Sosial Ekonomi Sosial menunjukkan penurunan, persentase penduduk miskin di Papua masih dalam kisaran 30 hingga 40 persen. Tidak hanya itu, indeks pembangunan manusia di Papua pun berada di urutan ke-33 dari 33 provinsi di Indonesia.
”Arus investasi, modal, dan pembangunan di Papua belum sepenuhnya mengangkat taraf hidup masyarakat Papua. Sebaliknya, sebagian besar dari mereka justru makin miskin karena kehilangan aset penopang hidup, yaitu hutan,” kata Lindon Pangkali dari Forum Kerja Papua yang merupakan gabungan dari sejumlah aktivis yang mengadvokasi hak-hak adat, kehutanan, dan hak asasi manusia.
Di sektor perkebunan, terutama perkebunan kelapa sawit yang menerapkan sistem inti dan plasma, umumnya masyarakat asli Papua berhadapan dengan gegar budaya, terutama dalam pola bercocok tanam. Mereka yang sebelumnya hidup dalam pola meramu tiba-tiba dihadapkan pada pola bercocok tanam baru dengan orientasi industri.
Di beberapa wilayah perkebunan, seperti di Kabupaten Keerom, Papua, dan Klamono, Kabupaten Sorong, Papua, masyarakat asli perlahan-lahan tersisih dan kehilangan lahan garapan. Hal itu tak hanya melahirkan kesenjangan ekonomi dengan kelompok pendatang, tetapi juga marjinalisasi. Apalagi jika perkebunan itu dibuka tanpa plasma.
Hutan-hutan ulayat terus dibabat dan masyarakat asli kian terasing dari tanah mereka sendiri. Pokok-pokok sagu diganti dengan tunas-tunas kelapa sawit dan masyarakat menjadi buruh di tanah mereka sendiri.
Rencana pemerintah pusat menjadikan Papua sebagai lahan terakhir sumber lumbung pangan Indonesia dan dunia, kepekaan terhadap masalah sosial yang mungkin timbul harus lebih tinggi. Bukan hanya dilihat sebagai lahan yang subur dan kaya, bumi Papua harus diperlakukan sebagai satu kesatuan yang utuh antara alam dan masyarakatnya. Sebelum muncul ekses lebih jauh dan mumpung masyarakat Papua masih membuka ruang dialog, kepentingan masyarakat asli harus masuk dalam prioritas pembangunan.
OLEH Yulius Pekei

Artikel Ini pernah muat di Tabloit Cermin Papua pada kolom Ekonomi, pada tanggal 2 maret 20011

Selasa, 13 Juli 2010

MELESTARIKAN NILAI POSITIP PERANG SUKU

MELESTARIKAN NILAI POSITIP PERANG SUKU

Suku Dani yang berada di Wamena Papua sangat dikenal oleh mancanegara karena suku ini memiliki beberapa kebiasaan yang khas. Salah satu adalah kebiasaan mereka dengan perang suku. Mereka mengenal dua bentuk perang yaitu perang intern konfederasi dan perang antar konfederasi. Setiap kali ada perang suku antara 2 kelompok selalu saja mengakibatkan korban nyawa dan harta. Secara adat perang suku itu dapat dihentikan oleh Kepala Suku bila korban nyawa dari dua kelompok itu seimbang. Jikalau korban nyawa dari dua kelompok tidak seimbang maka perang terus berlanjut dalam waktu yang relatif lama.
Setelah adanya pengaruh luar dari Gereja dan Pemerintah mulai sejak tahun 1959, maka dari kedua pihak ini sangat membatasi bahkan melarang agar suku Dani memberhentikan kebiasaan perang suku . Larangan ini bertujuan untuk mengamankan daerah sehingga masyarakat hidup dalam damai dan pembangunan berlangsung dalam suasana kondusif.
Orang suku Dani lebih diarahkan untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan pembangunan baik dari pihak Gereja maupun dari Pemerintah. Keterlibatan mereka dalam pembangunan itu mau diarahkan agar mereka tidak ketinggalan dari daerah-daerah lainnya di Papua atau di Indonesia.
Beberapa saat belakangan ini Gereja maupun Pemerintah telah sukses menyadarkan masyarakat Suku Dani agar mereka semakin melihat dan memahami apa nilai positip dari perang suku. Melalui musyawarah yang diadakan oleh kedua pihak dengan tokoh-tokoh masyarakat ternyata diketemukan sejumlah hal positip dari kebiasaan perang suku ini.
Beberapa nilai positip antara lain:
Mereka sangat kreatif untuk membuat alat-alat perang (Busur, Anak Panah,Tombak) yang sangat variatif. Mereka dapat menciptakan hiasan-hiasan khusus yang dipakai pada saat perang, seperti hiasan di kepala, di dada, di muka, di tangan. Hiasan ini mengandung nilai seni maupun nilai religius dan keamanan.
Mereka dapat menciptakan strategi-strategi perang yang tepat dalam menghadapi musuh. Dari sisi positip mereka sudah terbiasa untuk menghadapi tantangan dan selalu ada solusi untuk menghadapi berbagai tantangan dari luar.
Mereka memiliki semangat juang yang tinggi terhadap berbagai tantangan sehingga mereka lebih aktip dalam pembangunan.
Mereka ditanamkan rasa keberanian , harga diri serta percaya diri dalam menghadapi berbagai tantangan pada zaman modern.Mereka dapat menciptakan lagu-lagu yang sesuai dengan suasana perasaan saat itu. Mereka membina semangat kebersamaan diantara kelompok.Mereka dapat menari-nari dengan gerakan-gerakan kombinasi kreatif yang memukau penonton terutama yang menyaksikan pada event-event tertentu lebih khusus saat perayaan HUT RI.
Tampilan permainan perang-perangan ini menjadi sumber income bagi mereka dan bagi devisa daerah/negara melalui para tourist mancanegara yang berkunjung ke Wamena sebagai salah satu kota tourist di Indonesia.
Mereka membina hubungan yang harmonis dengan roh-roh leluhur yang melindungi mereka dalam hidup sehari-hari termasuk ketika perang sebagaimana yang dilakonkan dalam permainan perang-perangan.
Mengingat ada sejumlah nilai positip di atas maka Pemerintah dan Gereja serta Masyarakat telah bersepakat untuk melestarikan kebiasaan nilai Perang Suku ini sebagai salah satu jenis Olahraga Tradisional Suku Dani. Tujuan utama melestarikan nilai-nilai budaya sekaligus olahraga yang memberikan kontribusi pada warga masyarakat terlebih khusus bagi generasi muda dan mendatangkan devisa negara melalui touristme ke Wamena Indonesia.


Oleh: RM, Yanuarius Matopai You ________________________________________________________________________
Catatan: Tulisan ini Pernah Muat di Media Massa Kolom Bebas Bicara BERNAS Yogyakarta, Pada Tanggal 13 Januari 2010. ( SUDAH)

PEMBELAJARAN KECERDASAN GANDA ANAK USIA DINI, QUO VADIS ??

PEMBELAJARAN KECERDASAN GANDA ANAK USIA DINI,
QUO VADIS ??
Anak usia dini belajar dengan caranya sendiri. Guru dan orang tua kerap mengajarkan anak sesuai dengan jalan pikiran orang dewasa. Akibatnya apa yang diajarkan orang tua sulit diterima anak. Gejala itu antara lain tampak dari banyaknya hal yang disukai oleh anak, tetapi dilarang oleh orang tua . Sebaliknya, banyak hal yang disukai oleh orang tua tapi tidak disukai anak. Fenomena tersebut membuktikan bahwa sebenarnya jalan pikiran anak berbeda dengan jalan pikiran orang dewasa. Untuk itu, orang tua dan guru perlu memahami hakikat perkembangan anak dan hakikat PAUD agar dapat memberikan pendidikan yang sesuai dengan jalan pikiran anak (suyanto, 2005).
Kendala lain bagi dunia pendidikan adalah masih banyaknya sekolah terlebih khusus PAUD atau prasekolah yang mempunyai pola pikir tradisional di dalam menjalankan proses belajarnya yaitu sekolah hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Kenyataan ini senada dengan yang diungkapkan oleh Seto Mulyadi (2003), seorang praktisi pendidikan anak, bahwa suatu kekeliruan yang besar jika setiap kenaikan kelas, prestasi anak didik hanya diukur dari kemampuan matematika dan bahasa. Dengan demikian sistem pendidikan nasional yang mengukur tingkat kecerdasan anak didik yang semata-mata hanya menekankan kemampuan logika dan bahasa perlu direvisi.
Kecerdasan intelektual tidak hanya mencakup dua parameter tersebut di atas, tetapi juga harus dilihat dari aspek kinetis, musiKal, visual-spatial, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis . Jenis-jenis kecerdasan intelektual tersebut dikenal dengan sebutan kecerdasan ganda (Multiple Intelligences) yang diperkenalkan oleh Howard Gardner pada tahun 1983.
Gardner mengatakan bahwa kita cenderung hanya menghargai orangorang yang memang ahli di dalam kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Kita harus memberikan perhatian yang seimbang terhadap orang-orang yang memiliki berbagai kecerdasan seperti artis, arsitek, musikus, ahli alam, designer, penari, terapis, dan lain-lain.
Sangat disayangkan bahwa saat ini banyak anak-anak yang memiliki talenta , tidak mendapatkan reinforcement di sekolahnya. Banyak sekali anak yang pada saat pola pemikiran mereka yang unik tidak dapat diakomodasi oleh guru-guru di sekolah.
Pihak sekolah hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Teori Multiple Intelligences yang menyatakan bahwa kecerdasan meliputi delapan (lebih) kemampuan intelektual. Teori tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan intelektual yang diukur melalui tes IQ sangatlah terbatas karena tes IQ hanya menekan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa (Gardner, 2003).
Padahal setiap orang mempunyai cara yang unik untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Kecerdasan bukan hanya dilihat dari nilai yang diperoleh seseorang. Kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat suatu masalah, lalu menyelesaikan masalah tersebut atau membuat sesuatu yang dapat berguna bagi orang lain.
Pola pemikiran tradisional yang menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa memang sudah mengakar dengan kuat pada diri setiap guru di dalam menjalankan proses belajar. Bahkan, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa pihak, pendidikan Taman Kanak-Kanak saat ini cenderung mengambil porsi Sekolah Dasar. Sekitar 99 persen, Taman Kanak-Kanak mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung. Artinya, pendidikan Taman Kanak-Kanak telah menekankan pada kecerdasan akademik, tanpa menyeimbanginya dengan kecerdasan lain. Hal ini berarti pula bahwa sistem pendidikan yang dilaksanakan oleh guru-guru masih tetap mementingkan akan kemampuan logika (matematika) dan bahasa.
Dalam melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), guru dan orang tua hendaknya bersinergi guna mengembangkan berbagai jenis kecerdasan, terutama terhadap anak usia dini. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak gagap dalam melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pendidkan anak usia dini kiranya perlu diperkenalkan dengan kecerdasan ganda (Multiple Intelligences). Guru hendaknya tidak terjebak pada kecerdasan logika-matemika semata.
Multiple Intelligences yang mencakup delapan (lebih) kecerdasan itu pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ). Semua jenis kecerdasan perlu dirangsang pada diri anak sejak usia dini, mulai dari saat lahir hingga awal memasuki sekolah (7 – 8 tahun).
Kini yang menjadi pertanyaan terbesar, mampukah dan bersediakah setiap insan yang berkecimpung dalam dunia pendidikan mencoba untuk mengubah pola pengajaran tradisional yang hanya menekankan kemampuan logika (matematika) dan bahasa? Bersediakah segenap tenaga kependidikan bekerja sama dengan orang tua bersinergi untuk mengembangkan berbagai jenis kecerdasan pada anak didik mulai dari usia dini di dalam proses belajar yang dilaksanakan di lingkungan lembaga pendidikan formal, non formal dan informal?


Yogyakarta, 16 Januari 2010 Oleh Yanuarius You ( UGM )

Catatan: Tulisan ini Pernah Muat di Media Massa Kolom Wacana/opini BERNAS Yogyakarta, Pada Hari Senin 25 Januari 2010. Sudah

Kamis, 25 Februari 2010

GKR HEMAS: TARAKANITA AGAR LEBIH AKTIF CERDASKAN ANAK-ANAK BANGSA ( COMPASSION BASED CREATIVITY )

GKR HEMAS: TARAKANITA AGAR LEBIH AKTIF CERDASKAN ANAK-ANAK BANGSA ( COMPASSION BASED CREATIVITY )

Yayasan Tarakanita menyelenggarakan Tarakanita Edufair 2010 di Yogyakarta Expo Centre (JEC) pada tanggal 22-24 januari 2010 dan dihadiri dua ribuan siswa/i, ratusan guru-guru serta karyawan dan undangan. Event ini dibuka resmi oleh Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas.

Dalam sambutannya, GKR Hemas mengimbau agar Yayasan Tarakanita lebih berperan aktif untuk mncerdaskan anak-anak bangsa sambil mengucapkan terima kasih atas pengabdian Yayasan tarakanita selama ini yang berkarya sebagai mitra pemerintah.

Ketua Penyelenggara Drs. Ant. Ngudisantosa mengemukakan, tujuan kegiatan bertajuk Compassion Based Creativity, ini untuk memperkenalkan kepada masyarakat luas tentang perkembangan Tarakanita, Memacu peningkatan mutu pendidikan Tarakanita dan pendidikan di DIY dan Jateng, Menjalin kerja sama antar lembaga pendidikan dan masyarakat umum yang terkait dengan dunia pendidikan, Memberikan apresiasi kepada siswa berprestasi dengan menampilkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa.

kegiatan Tarakanita Edufair selama tiga hari berturut-turut adalah Kegiatan yang diadakan Lomba sains dan Matematika, Lomba kreativitas Daur Ulang, Lomba Chearleadance, Lomba Lukis dan Mewarnai, Lomba Drumband, Lomba Gerak dan lagu, Lomba Family fun Cooking, Lomba Kreativitas Komputer, Lomba Band.

Peserta yang terlibat, sebanyak sembilan sekolah di bawah Yayasan Tarakanita dari tingkat TK sampai SMU, dan hadir pula undang dari sekolah-sekolah setingkat DIY. Ada jenis lomba diikuti oleh perorang/individual tapi ada yang diikuti dalam group. Pemenang diumumkan setelah diadakan lomba. Kepada pemenang diberikan hadiah berupa piala tropi, sertifikat dan uang pembinaan.

Gembira jadi pemenang

Agatha dan dua temannya (Synthia dan Novi) dari SMP Stella Duce/II, mengungkapkan kegembiraan kepada Bernas. ” Kami, bertiga merasa gembira bisa mendapat juara biar juara harapan I dari hasil lomba daur ulang”. ”Ya pak, tadi saya merasa gugup sampai gementaran”, sahut seorang peserta. ”Tapi, pekerjaan membuat tas dari kain sisa bisa selesai dan kamu bisa juara. Ternyata kamu bertiga bisa kan!”, tegas Bernas meneguhkan. ” Ya, kami bisa, sahut Agatha sementara pegang piala trofi.

Valerie, keas V SD Budi Wacana Yogyakarta. dengan dua teman lainnya juga mengikuti Lomba Daur Ulang dari barang pecah belah dan mendapat juara harapan I. Dia mengakui sangat gembira atas kemenangan ini dan anak putri ini mengakui dengan polos dia tidak gugup saat bertanding. ” Biasa aja pak waktu ikut lomba”ujarnya, sahutnya. Ibu Guru Magdalena yang mendampingi anak tersebet mengangguk-angguk sambil tersenyum, dengan mengatakan: ”dia bisa ko pak”.

Ketua II Bapak Haryono , Kepala SMP Stella Duce I. Beliau membenarkan kalau masyarakat di DIY maupun luar DIY sangat berantusias menyekolahkan anak-anak di sekolah-sekolah Tarakanita. ”Tarakanita SMP mendapat. Liputan Yulius Pekei & Yanuarius You

Catatan: Liputan ini Pernah Muat di Rubrik Wacana, BERNAS Yogyakarta Pada Hari Kamis 28 Januari 2010.

PEDAGANG KOLAM IKAN

PEDAGANG KOLAM IKAN

Ibu Siti Mas Amah,54 tahun, Pengelola Kolam Ikan, dari 1998 hingga saat Ini, lembah Selokan mataram, alamat rumah Pugeran Maguoharjo Depok Sleman Yogyakarta.

Ibu yang bewajah ceriah suka senyum ini memiliki skill sebagai petani ikan. Usaha kolam ikan diberi nama Moro Kangen. Moro kangen (rindu datan lagi) adalah nama kolam yang terletak di lembah selokan mataram. Usaha ini dikelola sejak tahun 1998, secara bertahap dari satu kolam hingga kini menjadi sepuluh kolam. Banyak pengunjung ke tempat itu, baik secara pribadi, keluarga, atau kelompok untuk mengadakan rekreasi dengan memancing di kolam atau sekedar menikmati ikan bakar segar.

Penghasilan yang diperoleh Rp 1.000.000- Rp 1.5000/perhari, pada hari minggu pendapatan bisa meningkat sampai Rp 3.000.000;, bahkan lebih dari itu jika pada hari raya atau liburan. Jadi, banyak atau sedikitnya pemasukan sangat bergantung pada banyak-sedikitnya pengunjung. Dari pemasukan ini digunakan untuk biaya sekolah, biaya kuliah dari delapan anak kandung, gaji tujuh karyawan, pengembalian pinjaman dari Dinas Perikanan Kabupaten Sleman, biaya hidup harian serta ditabung dibank untuk pengembangan usaha maupun kepentingan lainnya.

Sebelumnya saya petani pengelola sawah, tetapi sejak itu saya melihat orang jarang menjual ikan tawar di pasaran maka ketika itu saya berinisiatif mengelola kolam ikan, untuk menjualkan kepada masyarakat. Proses pembuatanya Selama pemerataan tanah hingga pembuatan kolam saya tidak membutukan tenaga lain dengan prinsip kalau saya kerja, saya makan dan kalau tidak kerja saya tidak makan. Berdasarkan pemikiran itu maka saya membanting tulang demi mempertahankan kehidupan keluarga.

Kolam yang berjumlah sepuluh kolam, 5 kolam kecil untuk pesanan dan 5 kolam besar untuk pemancingan. Dulunya tangkap ikan-ikan kecil di got tetapi sekarang ikan biasa saya beli di petani ikan di kali sogo kelompok tani ikan. Kolam-kolam ini berisi beberapa jenis ikan yaitu ikan bawal, ikan gurame, ikan mas, ikan lele. Sekarang Tenaga pokok yang bekerja adalah 7 orang dan tenaga sampingangan adalah anaknya sendiri.

Saya pesan,umumnya kepada pengusaha kecil , khususnya kepada ibu-ibu, bahwa jangan takut berusaha, tanpa gelar bisa mendatangkan uang yang penting kita yang buat dengan jujur, tekun, taat pada pekerjaan.

Wawancara: Yulius Pekei dan Yanuaris You.

______________________________________________________________________________

Catatan: Hasil Wawancara dengan Ibu Pedagan Kolam Ikan Pada Tanggal 14 Januari 2010. Pernah Muat Di Media Massa BERNAS Yogyakarta Pada Hari Minggu Tanggal 17 January 2010, Kolom/ Rubrig …..

PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR DIWAJIBKAN MENYALAKAN LAMPU DI SIANG HARI

PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR DIWAJIBKAN MENYALAKAN LAMPU DI SIANG HARI

Penganti Undang-Undang No.14 tahun 1992 tentang lalu lintas, pengemudi kendaraan bermor diwajibkan menyalakan lampu terutama pada siang hari.

Peraturan tersebut menuai pendapat berbeda dari masyarakat, namun ditetapkannya Undang-undang baru. No. 22 Tahun 2009 tentang angkutan jalan, tanggal 22 Juni 2009, maka segala ketentuan dalam Undang-Undang tersebut berlaku secara Nasional.

Dalam salah satu Pasal yakni, pasal 107 Undang-Undang tersebut, diatur tentang kewajiban pengemudi kendaraan bermotor menyalakan lampu pada siang hari, yang dikenal dengan program Safety Riding atau cara aman berkendaraan. Bagi mereka yang tidak menyalakan lampu, akan dikenakan pidana maksimal 15 hari kurungan atau denda 100 ribu rupiah. Hari ke hari semakin membingukan yang mana pendapat ahli / media tentang masalah menyalakan lampu hazard saat hujan lebat di Tabloid OTOMOTIF edisi 01/XIX.

Bukannya tamba jelas, yang ada malah memboroskan aki pada motor, Melanggar undang-undang, karena sudah menyalakan lampu utama sepanjang siang hari maka tidak bisa difungsikan pada malam hari. Selain itu, aturan tersebut hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu saja, sedangkan pengendara akan membayar cost yang lebih tinggi untuk kendaraannya.

Antisipasi

Jadi solusi yang tepat adalah memberikan pembekalan dan pemahaman kepada masyarakat melalui sosialisasi dari polres setempat, Supaya masyarakat bisa memahami pengunaan lampu, baik lampu hazard,sein maupun lampu utama.

Oleh: Yulius Pekei (Mahasiswa, PBSID.FKIP, Universitas Sanata Dharama) Yogyakarta.

Catatan: Tulisan ini Pernah Muat di Media Massa Kolom Wacana BERNAS Yogyakarta, Pada Hari Selasa 12 Januari 2010. (Sudah)

Kumpulan Artikel yang Pernah Muat di Media Massa

TARAKANITA EDU FAIR ( COMPASSION BASED CREATIVITY ) 2010.

Yayasan Tarakanita menyelenggarakan Tarakanita Edufair dari tanggal 22-24 Januari 2010 di gedung JEC (Jogya Expo Centre), dihadiri oleh dua ribuan siswa/i dan ratusan guru-guru serta karyawan dan undangan.

Event ini dibuka resmi oleh Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas sebagai mantan Tarakanita beberapa tahun silam. Dalam sambutannya, dihimbau agar Yayasan Tarakanita lebih berperan aktif untuk mncerdaskan anak-anak bangsa sambil mengucapkan terima kasih atas pengabdian Yayasan tarakanita selama ini yang berkarya sebagai mitra pemerintah, demikian disampaikan oleh Ketua Panitia kepada Bernas.

Adapun tujuan penyelengaraan Compassion Based Creativity, untuk memperkenalkan kepada masyarakat luas tentang perkembangan Tarakanita, Memacu peningkatan mutu pendidikan Tarakanita dan pendidikan di DIY dan Jateng, Menjalin kerja sama antar lembaga pendidikan dan masyarakat umum yang terkait dengan dunia pendidikan, Memberikan apresiasi kepada siswa berprestasi dengan menampilkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa. (Ketua Penyelenggara Drs. Ant. Ngudisantosa).

Adapun kegiatan yang diselengarakan Tarakanita Edufair selama tiga hari berturut-turut. Kegiatan yang diadakan Lomba sains dan Matematika, Lomba kreativitas Daur Ulang, Lomba Chearleadance, Lomba Lukis dan Mewarnai, Lomba Drumband, Lomba Gerak dan lagu, Lomba Family fun Cooking, Lomba Kreativitas Komputer, Lomba Band,

Peserta yang ikut terlibat, 9 sekolah di bawah Yayasan Tarakanita dari tingkat TK – SMU, dan adapu di undang dari sekolah-sekolah setingkat dari DIY. Ada jenis lomba diikuti oleh perorang/individual tapi ada yang diikuti dalam group. Pemenang diumumkan setelah diadakan lomba. Kepada pemenang diberikan hadiah berupa piala tropi, sertifikat dan uang pembinaan.

Acara sebesar ini dapat terlaksana berkat kerja sama dari berbagai pihak seperti Yayasan Tarakanita, pihak orang tua dan sponsorship, ujar ketua dua panitia. Ditambahkan pula, kegiatan belajar mengajar selama dua hari diliburkan dan setiap anak wajib mengikuti setiap kegiatan sambil membuat laporan yang harus diserahkan . (Ketua Penyelenggara diwakili oleh Drs. C. Haryono).

Agatha dan dua temannya (Synthia dan Novi) dari SMP Stella Duce/II, mengungkapkan kegembiraan kepada Bernas. ” Kami, bertiga merasa gembira bisa mendapat juara biar juara harapan I dari hasil lomba daur ulang”. ”Ya pak, tadi saya merasa gugup sampai gementaran”, sahut seorang peserta. ”Tapi, pekerjaan membuat tas dari kain sisa bisa selesai dan kamu bisa juara. Ternyata kamu bertiga bisa kan!”, tegas Bernas meneguhkan. ” Ya, kami bisa, sahut Agatha sementara pegang piala tropi.

Valerie, SD Budi Wacana, keas V dengan dua teman lainnya juga mengikuti Lomba Daur Ulang dari barang pecah belah dan mendapat juara harapan I. Dia mengakui sangat gembira atas kemenangan ini dan anak putri ini mengakui dengan polos dia tidak gugup saat bertanding. ” Biasa aja pak waktu ikut lomba”, sahutnya. Ibu Guru Magdalena yang mendampingi anak tsb menganguk-anguk sambil tersenyum, dengan mengatakan: ”dia bisa ko pak”.

Bapak Haryono sebagai Ketua panitia II, Kepala SMP Stella Duce I. Beliau membenarkan kalau masyarakat di DIY maupun luar DIY sangat berantusias menyekolahkan anak-anak di sekolah-sekolah Tarakanita. ”Tarakanita SMP mendapat peringkat I untuk hasil ujian negara pada beberapa tahun terakhir tingkat Propinsi DIY,” akui bangga bapak ini.

Tarakanita cabang Yogyakarya sudah mengelola Pendidikan selama 52 tahun. Itu berarti sudah berpengalaman dalam bidang ini. Harapan Bernas dengan event Tarakanita Edufair seperti ini juga terutama dengan hasil prestasi akademik siswa/i serta adanya semangat pengabdian tinggi dari bapak-ibu guru, karyawan/wati serta dengan dukungan dari berbagai pihak mengantar Yayasan Tarakanita terus berjaya untuk selama-lamanya.

Yulius Pekei (USD)
Ccatatan: tulisan ini perna muat di media masa pada tanggal 22 januari 2010