Tampilkan postingan dengan label kumpulan artikel yang pernah muat di media massa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kumpulan artikel yang pernah muat di media massa. Tampilkan semua postingan

Kamis, 25 Februari 2010

OPINI LAMPU KENDARAAN UNTUK JAGA-JAGA

OPINI

LAMPU KENDARAAN UNTUK JAGA-JAGA

(Pengemudi Kendaraan Bermotor Diwajibkan Menyalakan Lampu di Siang Hari)

Penganti Undang-Undang No.14 tahun 1992 tentang lalu lintas, pengemudi kendaraan bermor diwajibkan menyalakan lampu utama pada siang hari. Peraturan tersebut menuai pendapat berbeda dari masyarakat, namun ditetapkannya Undang-undang baru. No. 22 Tahun 2009 angkutan jalan, tanggal 22 Juni lalu, maka segala ketentuan dalam Undang-Undang tersebut berlaku secara Nasional. Dalam salah satu Pasal yakni, pasal 107 Undang-Undang tersebut, diatur tentang kewajiban pengemudi kendaraan bermotor menyalakan lampu pada siang hari, yang dikenal dengan program Safety Riding atau cara aman berkendaraan. Bagi mereka yang tidak menyalakan lampu, akan dikenakan pidana maksimal 15 hari kurungan atau denda 100 ribu rupiah. Hari ke hari semakin membingukan yang mana pendapat ahli / media tentang masalah menyalakan lampu hazard saat hujan lebat di Tabloid OTOMOTIF edisi 01/XIX.

Program Safety Riding, sebelumnya telah diterapkan disebagian wilayah Indonesia dan terbukti bisa mengurangi angka kecelakaan dijalan raya. Meski demikian, ketentuan menyalakan lampu kendaraan bermotor di siang hari, tak serta merta diterima masyarakat. Aturan tersebut menuai pendapat berbeda dari masyarakat. Selain itu, sebagian pengendara kendaraan bermotor, banyak yang tidak mengetahui penerapan aturan tersebut.

Bukannya tamba jelas, yang ada malah memboroskan aki pada motor, Melanggar undang-undang, karena sudah menyalakan lampu utama sepanjang siang hari maka tidak bisa difungsikan pada malam hari dan juga aturan tersebut hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu saja, sedangkan pengendara akan membayar cost yang lebih tinggi untuk kendaraannya.

Antisipasi

Tidak ada yang salah, begitulah bangsa Indonesia, baru sampai di situ. Yang penting sadar, kenyataan jangan ditolak, tetapi diantisipasi untuk tujuan kenyamanan . Biarkan perilaku demikian berjalan tanpa disalahkan secara politik-hukum. Penyelenggara lalulintas salah, tetapi tak boleh disalahkan. Antisipasinya, lewat pendampingan oleh kekuatan sosial (civil society) untuk ”mencari ketertipan kendaraan” sesuai dengan tujuan negara, yaitu rakyat yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur (alinea 2 Pembukaan UUD). Jadi solusi yang tepat adalah memberikan pembekalan dan pemahaman kepada masyarakat melalui sosialisasi dari polres setempat, Supaya masyarakat bisa memahami pengunaan lampu, baik lampu hazard,sein maupun lampu utama.


opini diatas ini perna muat di mediamasa bernas jokja pada tangal 15 januari 2010

Oleh: Yulius Pekei

MAHASISWA PAPUA IKUT DIKLAT JURNALISTIK LPJB

KUMPULAN ARTIKEL YANG PERNAH MUAT DI MEDIA MASSA.

MAHASISWA PAPUA IKUT DIKLAT JURNALISTIK LPJB

Sembilan mahasiswa asal papua yang sedang studi di yogyakarta dan salatiga ikut mengikuti pendidikan dan latihan (diklat) jurnalistik bersama lembaga pelatihan jurnalisti BERNAS Yogyakarta (LPJB) Harian bernas yogyakarta, sejak 4 januari hingga 18 februari 2010 ini merupakan kelompok khusus dari papua. Sebelumnya memang sudah ada mahasiswa papua di yogyakarta yang perna belajar di LPJB, Namun masih bersivat individual. Diharapkan kedepan akan ada kelompok lain dari papua yang belajar jurnalistik di lembaga ini.

Pelatihan klasikal teori jurnalistik dilaksanakan di ruang kuliah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, Tanggal 4 -9 Januari 2010. Selanjutnya mulai 11 Januari -18 February 2010 menjalani magang wartauwan di harian BERNAS Yogyakarta.

Pemrakarsa pelatian ini adalah Yulius Pekei ( mahasiswa prodi PBSID, FKIP,USD Yogyakarta) dan yanuarius you ( mahasiswa pascasarjana psikologi universitas gaja mada yogyakarta) yang menghubungi pimpinan LPJB untuk meminta pendampingan dalam belajar jurnalistik.

Mahasiswa S2 fakultas ekonomi UGM, A. Gerald Bidana misalnya, dia mengikuti program ini untuk mengembangkan potensi diri dan lebih jauh dapat menuliskan realitas kehidupan masyarakat papua yang perluh dipublikasikan agar orang lain mengetahui apa saja yang dimiliki dan dialami orang papua. Setelah menjalani pendidikan di jawa saya menyadari bahwa menulis akan suatu ide dapat membantu orang keluar dari kebodohan akan pengetahuan diri, lingkungan dan perkembangan iptek. Bahkan keluar dari tekanan mental atau menyehatkan jiwa diri. Jadi menulis itu membebaskan orang” kata beliau.

Menurut bidana, ada sejumlah hambatan pembangunan daerah yang semestinya menjadi perhatian serius pemerintah, lembaga suasta dan LSM di papua yakni ketidak siapan sumberdaya manusia ( SDM ) yang berkualitas baik lewat pendidikan formal yang baik; belum adanya keseriusan pemerintah daerah dalam mendorong lembaga-lembaga ilmiah atau lembaga keagamaan, lembaga kemasyarakatan yang selama ini secara serius menyelengarakan pendidikan kemanusiaan.

Kemudian belum terbangunya hubungan kerja sama dengan lembaga- lembaga yang relevan dan berpengalaman di Indonesia sehinga para pelaku pembangunan pun seringkali tidak mengalai tugas dan tanggung jawabnya itu kepada orang lain; belum adanya industri- industri kerajinan, industri-indusrti kecil lain yang dapat mengakses perekonomian rakyat; belom adanya pasar yang memberdayakan masyarakat; serta letak geografis dan sebagainya.

Beri dorongan

Para narasumber pelatian jurnalistik dalam menyajikan materi selalu memberikan dorongan kepada peserta pelatian agar tidak takut menulis di media massa. Menulis itu bagaikan berenan. Betapapun seringnya seseorang mendengarkan ceramah atau membaca buku tentang berenang, dia tetap tidak akan bisa berenang selama di tidak berani menceburkan diri kedalam renang.

Menulis itu pada dasarnya merupakan karunia tuhan kepada setiap orang. Tugas manusia adalah mempergunakan karunia itu dengan suatu komitmen dari pribadi masing-masing. Kiat semua juga sudah memperoleh karunia menulis dari tuhan asalkan kemudian dikembangkan dengan kemauan yang tinggi.

Di sisi lain, imformasi yang dapat kita peroleh darimana pun dan oleh siapa pun adalah kekuatan. Oaring tampa imformasi tidak dapat hidup sempurna, sehingga wartawan juga harus mengimformasikan hal itu kemedianya masin-masin sesuai fakta atau kenyataan. Artinya bukan pendapat atau kalangan kewartauan sendiri.

Sebuah imformasi dikatakan beriata apa bila memiliki sejumlah unsure didalamnya yang disebut “ nilai berita”, antara lain kebaruan, tepat waktu, kedekatan dengan khlayak, dampak pengaruh pada masyarakat, fantastik, pertentangan.

Pada dasarnya imformasi itu perluh dianalisis. Mengapa? Karena setiap imformasi yang di sampaikan ke masyarakat belum tentu benar. Banyak faktor yang mempengaruhinya, misalnya cara pandang dari berbagai sudut. Analisis berita antara lain dilakukan dengan membaca judul berita. dari judulnya saja kita bisa menduga kemana arah atau orientasi berita itu.

Dalam meliput berita wartauan harus memperatikan formula 5W, 1H yaitu : what, who,when, where,why dan how. Sehingga saat peliputan di lapangan, lima pertanyaan ini dapat di cari jawabanya dari sumber- sumber peristiwa yang mau diliput. Disamping itu wartauan harus melakukan beberapa tugas diaantaranya menemukan peristiwa dan jalan ceritanya; cek, ricek dan tripel cek jalan cerita; memastikan sudut berita dan menentukan lead/intro/pembuka berita.

Kemudian tentang menulis opini/ artikel di media massa cetak dapat dikatakan gampang-gampang susah, karena tergantung orangnya bagaimana dia menjalaninya. Sumber ide atau bahan tulisan bisa datang gampang saja, dimana saja dan situasi apapun. Bahkan dalam kondisi ruang, waktu dan sarana, sangat minim sekalipun. Kiat menulis yang dapat dapat dipertimbangkan antara lain, rajin membuat catatan harian, menulis sesuatu yang baru, mempelajari mkariya orang lain, dan menulis dengan karya yang spesifik.

Oleh ( Yulius pekai, Farnsiskus Kasipmabin, Ramces Ningamabin, Yanuarius You; Mahasiswa S1 Dan S2 Asal Papua Di Yaogyakarta; Sedan Belajar Jurnalistik Di LPJB)

catatan : Tulisan ini Pernah Dimuat Media Cetak Kolom Wacana BERNAS Yogyakarta Pada Tanggal 8 Januari 2010 (Sudah)