MAHASISWA PAPUA IKUT DIKLAT JURNALISTIK LPJB
Sembilan mahasiswa asal papua yang sedang studi di yogyakarta dan salatiga ikut mengikuti pendidikan dan latihan (diklat) jurnalistik bersama lembaga pelatihan jurnalisti BERNAS Yogyakarta (LPJB) Harian bernas yogyakarta, sejak 4 januari hingga 18 februari 2010 ini merupakan kelompok khusus dari papua. Sebelumnya memang sudah ada mahasiswa papua di yogyakarta yang perna belajar di LPJB, Namun masih bersivat individual. Diharapkan kedepan akan ada kelompok lain dari papua yang belajar jurnalistik di lembaga ini.
Pelatihan klasikal teori jurnalistik dilaksanakan di ruang kuliah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, Tanggal 4 -9 Januari 2010. Selanjutnya mulai 11 Januari -18 February 2010 menjalani magang wartauwan di harian BERNAS Yogyakarta.
Pemrakarsa pelatian ini adalah Yulius Pekei ( mahasiswa prodi PBSID, FKIP,USD Yogyakarta) dan yanuarius you ( mahasiswa pascasarjana psikologi universitas gaja mada yogyakarta) yang menghubungi pimpinan LPJB untuk meminta pendampingan dalam belajar jurnalistik.
Mahasiswa S2 fakultas ekonomi UGM, A. Gerald Bidana misalnya, dia mengikuti program ini untuk mengembangkan potensi diri dan lebih jauh dapat menuliskan realitas kehidupan masyarakat papua yang perluh dipublikasikan agar orang lain mengetahui apa saja yang dimiliki dan dialami orang papua. Setelah menjalani pendidikan di jawa saya menyadari bahwa menulis akan suatu ide dapat membantu orang keluar dari kebodohan akan pengetahuan diri, lingkungan dan perkembangan iptek. Bahkan keluar dari tekanan mental atau menyehatkan jiwa diri. Jadi menulis itu membebaskan orang” kata beliau.
Menurut bidana, ada sejumlah hambatan pembangunan daerah yang semestinya menjadi perhatian serius pemerintah, lembaga suasta dan LSM di papua yakni ketidak siapan sumberdaya manusia ( SDM ) yang berkualitas baik lewat pendidikan formal yang baik; belum adanya keseriusan pemerintah daerah dalam mendorong lembaga-lembaga ilmiah atau lembaga keagamaan, lembaga kemasyarakatan yang selama ini secara serius menyelengarakan pendidikan kemanusiaan.
Kemudian belum terbangunya hubungan kerja sama dengan lembaga- lembaga yang relevan dan berpengalaman di Indonesia sehinga para pelaku pembangunan pun seringkali tidak mengalai tugas dan tanggung jawabnya itu kepada orang lain; belum adanya industri- industri kerajinan, industri-indusrti kecil lain yang dapat mengakses perekonomian rakyat; belom adanya pasar yang memberdayakan masyarakat; serta letak geografis dan sebagainya.
Beri dorongan
Para narasumber pelatian jurnalistik dalam menyajikan materi selalu memberikan dorongan kepada peserta pelatian agar tidak takut menulis di media massa. Menulis itu bagaikan berenan. Betapapun seringnya seseorang mendengarkan ceramah atau membaca buku tentang berenang, dia tetap tidak akan bisa berenang selama di tidak berani menceburkan diri kedalam renang.
Menulis itu pada dasarnya merupakan karunia tuhan kepada setiap orang. Tugas manusia adalah mempergunakan karunia itu dengan suatu komitmen dari pribadi masing-masing. Kiat semua juga sudah memperoleh karunia menulis dari tuhan asalkan kemudian dikembangkan dengan kemauan yang tinggi.
Di sisi lain, imformasi yang dapat kita peroleh darimana pun dan oleh siapa pun adalah kekuatan. Oaring tampa imformasi tidak dapat hidup sempurna, sehingga wartawan juga harus mengimformasikan hal itu kemedianya masin-masin sesuai fakta atau kenyataan. Artinya bukan pendapat atau kalangan kewartauan sendiri.
Sebuah imformasi dikatakan beriata apa bila memiliki sejumlah unsure didalamnya yang disebut “ nilai berita”, antara lain kebaruan, tepat waktu, kedekatan dengan khlayak, dampak pengaruh pada masyarakat, fantastik, pertentangan.
Pada dasarnya imformasi itu perluh dianalisis. Mengapa? Karena setiap imformasi yang di sampaikan ke masyarakat belum tentu benar. Banyak faktor yang mempengaruhinya, misalnya cara pandang dari berbagai sudut. Analisis berita antara lain dilakukan dengan membaca judul berita. dari judulnya saja kita bisa menduga kemana arah atau orientasi berita itu.
Dalam meliput berita wartauan harus memperatikan formula 5W, 1H yaitu : what, who,when, where,why dan how. Sehingga saat peliputan di lapangan, lima pertanyaan ini dapat di cari jawabanya dari sumber- sumber peristiwa yang mau diliput. Disamping itu wartauan harus melakukan beberapa tugas diaantaranya menemukan peristiwa dan jalan ceritanya; cek, ricek dan tripel cek jalan cerita; memastikan sudut berita dan menentukan lead/intro/pembuka berita.
Kemudian tentang menulis opini/ artikel di media massa cetak dapat dikatakan gampang-gampang susah, karena tergantung orangnya bagaimana dia menjalaninya. Sumber ide atau bahan tulisan bisa datang gampang saja, dimana saja dan situasi apapun. Bahkan dalam kondisi ruang, waktu dan sarana, sangat minim sekalipun. Kiat menulis yang dapat dapat dipertimbangkan antara lain, rajin membuat catatan harian, menulis sesuatu yang baru, mempelajari mkariya orang lain, dan menulis dengan karya yang spesifik.
Oleh ( Farnsiskus Kasipmabin, Ramces Ningamabin, Yanuarius You; Mahasiswa S1 Dan S2 Asal Papua Di Yaogyakarta; Sedan Belajar Jurnalistik Di LPJB)
catatan : Tulisan ini Pernah Dimuat Media Cetak Kolom Wacana BERNAS Yogyakarta Pada Tanggal 8 Januari 2010 (Sudah)
PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR DIWAJIBKAN MENYALAKAN LAMPU DI SIANG HARI
Penganti Undang-Undang No.14 tahun 1992 tentang lalu lintas, pengemudi kendaraan bermor diwajibkan menyalakan lampu terutama pada siang hari.
Peraturan tersebut menuai pendapat berbeda dari masyarakat, namun ditetapkannya Undang-undang baru. No. 22 Tahun 2009 tentang angkutan jalan, tanggal 22 Juni 2009, maka segala ketentuan dalam Undang-Undang tersebut berlaku secara Nasional.
Dalam salah satu Pasal yakni, pasal 107 Undang-Undang tersebut, diatur tentang kewajiban pengemudi kendaraan bermotor menyalakan lampu pada siang hari, yang dikenal dengan program Safety Riding atau cara aman berkendaraan. Bagi mereka yang tidak menyalakan lampu, akan dikenakan pidana maksimal 15 hari kurungan atau denda 100 ribu rupiah. Hari ke hari semakin membingukan yang mana pendapat ahli / media tentang masalah menyalakan lampu hazard saat hujan lebat di Tabloid OTOMOTIF edisi 01/XIX.
Bukannya tamba jelas, yang ada malah memboroskan aki pada motor, Melanggar undang-undang, karena sudah menyalakan lampu utama sepanjang siang hari maka tidak bisa difungsikan pada malam hari. Selain itu, aturan tersebut hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu saja, sedangkan pengendara akan membayar cost yang lebih tinggi untuk kendaraannya.
Antisipasi
Jadi solusi yang tepat adalah memberikan pembekalan dan pemahaman kepada masyarakat melalui sosialisasi dari polres setempat, Supaya masyarakat bisa memahami pengunaan lampu, baik lampu hazard,sein maupun lampu utama.
Oleh: Yulius Pekei (Mahasiswa, PBSID.FKIP, Universitas Sanata Dharama) Yogyakarta.
Catatan: Tulisan ini Pernah Muat di Media Massa Kolom Wacana BERNAS Yogyakarta, Pada Hari Selasa 12 Januari 2010. (Sudah)
PEMBELAJARAN KECERDASAN GANDA ANAK USIA DINI,
QUO VADIS ??
Anak usia dini belajar dengan caranya sendiri. Guru dan orang tua kerap mengajarkan anak sesuai dengan jalan pikiran orang dewasa. Akibatnya apa yang diajarkan orang tua sulit diterima anak. Gejala itu antara lain tampak dari banyaknya hal yang disukai oleh anak, tetapi dilarang oleh orang tua . Sebaliknya, banyak hal yang disukai oleh orang tua tapi tidak disukai anak. Fenomena tersebut membuktikan bahwa sebenarnya jalan pikiran anak berbeda dengan jalan pikiran orang dewasa. Untuk itu, orang tua dan guru perlu memahami hakikat perkembangan anak dan hakikat PAUD agar dapat memberikan pendidikan yang sesuai dengan jalan pikiran anak (suyanto, 2005).
Kendala lain bagi dunia pendidikan adalah masih banyaknya sekolah terlebih khusus PAUD atau prasekolah yang mempunyai pola pikir tradisional di dalam menjalankan proses belajarnya yaitu sekolah hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Kenyataan ini senada dengan yang diungkapkan oleh Seto Mulyadi (2003), seorang praktisi pendidikan anak, bahwa suatu kekeliruan yang besar jika setiap kenaikan kelas, prestasi anak didik hanya diukur dari kemampuan matematika dan bahasa. Dengan demikian sistem pendidikan nasional yang mengukur tingkat kecerdasan anak didik yang semata-mata hanya menekankan kemampuan logika dan bahasa perlu direvisi.
Kecerdasan intelektual tidak hanya mencakup dua parameter tersebut di atas, tetapi juga harus dilihat dari aspek kinetis, musiKal, visual-spatial, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis . Jenis-jenis kecerdasan intelektual tersebut dikenal dengan sebutan kecerdasan ganda (Multiple Intelligences) yang diperkenalkan oleh Howard Gardner pada tahun 1983.
Gardner mengatakan bahwa kita cenderung hanya menghargai orangorang yang memang ahli di dalam kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Kita harus memberikan perhatian yang seimbang terhadap orang-orang yang memiliki berbagai kecerdasan seperti artis, arsitek, musikus, ahli alam, designer, penari, terapis, dan lain-lain.
Sangat disayangkan bahwa saat ini banyak anak-anak yang memiliki talenta , tidak mendapatkan reinforcement di sekolahnya. Banyak sekali anak yang pada saat pola pemikiran mereka yang unik tidak dapat diakomodasi oleh guru-guru di sekolah.
Pihak sekolah hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Teori Multiple Intelligences yang menyatakan bahwa kecerdasan meliputi delapan (lebih) kemampuan intelektual. Teori tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan intelektual yang diukur melalui tes IQ sangatlah terbatas karena tes IQ hanya menekan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa (Gardner, 2003).
Padahal setiap orang mempunyai cara yang unik untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Kecerdasan bukan hanya dilihat dari nilai yang diperoleh seseorang. Kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat suatu masalah, lalu menyelesaikan masalah tersebut atau membuat sesuatu yang dapat berguna bagi orang lain.
Pola pemikiran tradisional yang menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa memang sudah mengakar dengan kuat pada diri setiap guru di dalam menjalankan proses belajar. Bahkan, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa pihak, pendidikan Taman Kanak-Kanak saat ini cenderung mengambil porsi Sekolah Dasar. Sekitar 99 persen, Taman Kanak-Kanak mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung. Artinya, pendidikan Taman Kanak-Kanak telah menekankan pada kecerdasan akademik, tanpa menyeimbanginya dengan kecerdasan lain. Hal ini berarti pula bahwa sistem pendidikan yang dilaksanakan oleh guru-guru masih tetap mementingkan akan kemampuan logika (matematika) dan bahasa.
Dalam melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), guru dan orang tua hendaknya bersinergi guna mengembangkan berbagai jenis kecerdasan, terutama terhadap anak usia dini. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak gagap dalam melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pendidkan anak usia dini kiranya perlu diperkenalkan dengan kecerdasan ganda (Multiple Intelligences). Guru hendaknya tidak terjebak pada kecerdasan logika-matemika semata.
Multiple Intelligences yang mencakup delapan (lebih) kecerdasan itu pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ). Semua jenis kecerdasan perlu dirangsang pada diri anak sejak usia dini, mulai dari saat lahir hingga awal memasuki sekolah (7 – 8 tahun).
Kini yang menjadi pertanyaan terbesar, mampukah dan bersediakah setiap insan yang berkecimpung dalam dunia pendidikan mencoba untuk mengubah pola pengajaran tradisional yang hanya menekankan kemampuan logika (matematika) dan bahasa? Bersediakah segenap tenaga kependidikan bekerja sama dengan orang tua bersinergi untuk mengembangkan berbagai jenis kecerdasan pada anak didik mulai dari usia dini di dalam proses belajar yang dilaksanakan di lingkungan lembaga pendidikan formal, non formal dan informal? Yogyakarta, 16 Januari 2010 Oleh Yanuarius You ( UGM )
Catatan: Tulisan ini Pernah Muat di Media Massa Kolom Wacana/opini BERNAS Yogyakarta, Pada Hari Senin 25 Januari 2010. Sudah
Catatan : tulisan Ini Pernah Muat di Media Cetak Kolom wacana BERNAS Yogyakarta Pada Tanggal 9 Januari 2010.
MENGENAL SEJARAH YESUS
Judul Buku : Palungan (Menyingkap Kisah Kelahiran)
Pengarang : Joseph F. Kelly
Penerbit : Kanisius (Anggota IKAPI)
Tebal Buku : 159
Tahun Terbit : 2010
Buku Joseph F. Kelly memusatkan diri pada wilayah yang sanggat sempit dalam kitap suci yakni empat bab dari semua perjanjian baru, masing masing dua bab dari dua Injil (Matius 1-2 dan Lukas 1-2). Tetapi keempat bab yang sanggat berharga tersebut memuat satu-satunya kisah tentang kelahiran Yesus. Parah ahli menyebutnya sebagai kisa masa kanak-kanak.
Berkat pesta natal, kisa kanak-kanak menjadi bagian perjanjian baru yang paling dikenal secara luas, bahkan juga oleh mereka yang senjatanya tidak pernah membaca Injil. Selama masa Adven atau masa Natal, orang yang datang kegereja secara ruting berkali suatu hari mendengar bacaan Injil mengenai bagimana malaikat Gabriel menampakan diri kepada Maria yang tinggal di Nasaret di Wilayah Galilea.
Orang yang penuh peratian akan bertanya, apakah Yusuf dan maria tinggal di Galilea pada saat pemberitahuan tentang kelahiran Yesus ataukah mereka tinggal disana setelah mereka kembali dari mesir? Lebih dari itu orang seperti ini akan bertanya dengan sah mengapa injil tampaknya memuat kisah-kisah kontradiktif. Harapan penulis buku ini akan membantu pembaca yang berminat untuk mengerti kisah-kisa Injil tentang kelahirang Yesus dan menjawab pertanyaan seperti itu. Maka untuk menjawab pertanyaan diatas ini, Pengarang menggunakan penemuan-penemuan paling mustahil para ahli Kitab Suci dan berusaha untuk menampilkan penemuan-penemuan itu dalam sebuah cara yang muda dimengerti.
Buku Palungan ini juga sering mengutip kitab suci sehingga, Pembaca tidak perluh memerlukan Kitab suci, untuk membaca buku ini. Penulis mencantumkan pasal dan Ayat disertai dengan kutipan teks mengangkut sejarah kelahiran yesus. Ditampilkan beberapa hal yang terkandung dalam satu injil atau lebih yang dapat kita dapat histories. Lebih dari itu banyak hal dalam buku ini berasal dari studi pengarang. Jadi Fokus buku ini ada pada pertanyaan-pertanyaan histories dan teologis, dan refleksi pastoral singkat akan mengikuti setiap bagian bab tiga dan empat.
Setelah membaca buku ini, pembaca dapat mengubah cara memandan kelahiran Yesus, dan menemukan pemikiran yang berguna.
YULIUS PEKEI (Mahasiswa PBSID,FKIP,Universitas Sanata Dharma Yogyakarta)
Catatan: Resensi Ini Pernah Muat di Media Cetak Kolom pustaka, BERNAS Yogyakarta Pada Tanggal 26 Januari 2010.
PENAWARAN KESENGSARAAN
Judul Buku : Cinta Bukan Coklat
Penulis : Saras Dewi
Penerbit : Kanisius (Anggota IKPI)
Tebal : 127
Dewasa ini, banyak dijumpai hidupnya bahagia, entah itu dalam karir, relasi, maupun hidup sehari-hari hidup serba kecukupan. Namun, tidak jarang juga banyak orang yang hidupnya runtuh, kacau, tidak percaya diri dan merasa tidak bahagia. Orang merasa bahagia jika dia memahami kekuatan cinta yang terdapat dalam diri mereka. Melalui buku “cinta bukan coklat” penulis dengan bahasa yang mudah dimengerti, meluangkan waktu untuk mencari kembali arti cinta. Cinta memang apa yang diutarakan oleh para filosof dan pujangga.
Cinta adalah suatu suatu enigma atau teka-teki yang begitu pelik untuk dipecakan entah mengapa cinta dihubungkan dengan cokelat?apakah cokelat itu manis lalu disamakan dengan cinta juga manis? Entahlah, yang pasti cinta jauh lebih misterius dibandingkan dengan sebatang cokelat. Sebenarnya cinta itu berbeda dengan cokelat, karena cokelat dibuat denga resep yang tepat. Cinta adalah sesuatu yang kita alami setiap hari, sehingga tidak mudah merumuskannya dengan kata-kata sekalipun kita mempelajari semua teori tentang cinta belum tentu kiat pakar dalam prakteknya.
Pada hari velentine, tepatnya pada tanggal 14 februari setiap orang dari berbagai latar belakang etnis, suku maupun bangsa melakukan ritual yang sama, yaitu merayakan hari kasih sayang. Pada hari yang istimewa itu, setiap orang akan bertukar kado, pergi ketempat romantis dan menikmati candle ligt dinner. Tapi karena kebiasaan ini banyak orang yang sala arti, berpikir bahwa kita tahu tentang cinta dibandingkan dengan pengalaman cinta itu sendiri. Pada hal melalui pengalaman yang sebenarnya, kita baru benar-benar mengerti, apa itu cinta?. Cinta bukan semata-mata seperti sebaris puisi atau tayangan yang kita tontong dibioskop, tetapi arti kata itu sebenarnya adalah upaya, penantian, dan tantangan.
Melihat kehidupan era-globalisasi dan modrenisasi ini, maka Saras Dewi mempunyai visi agar semua orang dapat hidup bersemangat untuk mencari dan menyebarkan cinta dalam hidupnya, cinta juga dapat dikatakan jalan pintas untuk mewujudkan mimpi kita.
Buku ini berisi kearivan dari para guru masa kini yang telah menggunakan cinta untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahtraan. Dengan menerapkan pengetahuan tentang cinta, anda akan mendapatkan sesuatu yang positif. Buku ini mengangkat kisah-kisah menarik tentang penyembuhan penyakit, perolehan kekayaan, mengatasi hambatan dan mencapi hal-hal yang mustahil dan dilampirkan denga bacaan inspirasional serta gambar-gambar. Dalam buku ini juga seorang guru besar Jaso Mras dalam lagunya berj berujar “ jangan pernah lupakan, hiduplah untuk cinta kasih. Jangan pernah menyerah dan patah semangat dalam mencintai hidupmu. Kalau ingin menemukan titik terang tentang cinta tengoklah buku ini.
YULIUS PEKEI (Mahasiswa PBSID,FKIP,Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Catatan : Resensi Ini pernah muat di Media Cetak PERS NATAS USD Yogyakarta edisi april – mei 2009.
KESIMPANGSIURAN EKONOMI KERAKYATAN
Judul Buku : Manifesto Ekonomi Kerakyatan
Penghimpun : Revrisond Baswir
Penerbit : Pustaka Pelajar,Yogyakarta.
Tahun terbit : 2009
Tebal Buku : 162
Perkembangan perekonomian Indonesia secara umum dan membandingkan dengan sistem ekonomi yang diletakan oleh para pendiri negara Republik Indonesia ternyata menampakan gejala-gejala yang berbeda. Sistem ekonomi Indonesia adalah sebagaimana dirumuskan oleh Bung Hatta dengan menyatakan bahwa “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas kekeluargaan”, dengan menganggap koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional. Rumusan tersebut telah damandemen kedalam undang-undang dasar 1945 pasal 33 dan pasal 27 ayat 2 sebagai dasar hukum peran negara dalam penyelenggaraan sistem ekonomi kerakyatan.
Situasi turbulensi seperti saat ini, Indonesia menghadapi tekanan dari berbagai agenda terutama program-program yang ditawarkan dari neolibral maupun perdagangan bebas. Sebagai bentuk perlawanannya, perlu memerdayakan perekonomian rakyat. Ekonomi rakyat saat ini dibincangkan dimana-manana baik itu media masa maupun bukan media masa. Namun perbincangan tersebut masih terjadi kesalahpahaman anatara pelaku dan para pengambil kebijakan.
Maka penerbitan buku ini, sebagai upaya nyata untuk memberikan penjelasan atau memberikan solusi bagi pihak yang berkepentingan untuk memahami dan meluruskan kembali kesalah pahaman yang terjadi dalam mengartikan ekonomi rakyat. Langkah konkrit seperti ini terus dilakukan. Penulis sendiri mengakui bahwa perbincangan ekonomi kerakyatan ternyata masih sering terjadi disalah pahami. Kesalahpahaman terjadi dalam tiga hal.
Pertama, ekonomi rakyat cenderung dipahami sebagai gagsan baru dalam pentas ekonomi-politik Indonesia,. Kedua, ekonomi kerakyatan diperbincangkan tanpa mengaitkan secara lansung dengan cita-cita proklamasi dan amanat konstitusi. Ketiga, ekonomi kerakyatan cenderung dimaknai secara tumpang tindih dengan ekonomi rakyat dan ekonomi pro rakyat.
Untuk memperjelas tumpang tindih yang terjadi. Melalui buku ini penulis meletakan dasar-dasar pengertian, substansi ekonomi kerakyatan, tantangan, dan urgensi dengan harapan kesimpangsiuran mengenai ekonomi kerakyatan dapat dihentikan. Kemudian ekonomi kerakyatan dapat maju selangkah memasuki tahap penyelenggaraannya.
Dalam kenyataannya para pengamat ekonomi. Khususnya pengamat ekonomi neoliberal sering meragukan. Dan meraka tidak yakin untuk menerapkannya dalam peluang yang ada. Sikap keraguan seperti ini ekonomi kerakyatan dianggap sebagai suatu pemikiran yang tidak realistis. Jika demikian apakah ekonomi kerakyatan bisa diselenggarakan di bangsa ini?. Lalu mengapa pula masih harus peduli dan membahas ekonomi kerakyatan?
Disisi lain, munculnya konsep ekonomi kerakyatan tidak lepas dari latar belakang kepentingan Kolonial pada saat itu. Upaya yang dilakukan oleh pelaku atau pendiri bangsa ini untuk mengamanatkan sistem ekonomi kerakyatan ke dalam konstitusi tidak mudah. Pihak kolonial telah mengagalkan berkali-kali untuk penyelenggarakan sistem ekonomi kerakyatan. Berdasarkan tindakan-tindakan kolonial tersebut dapat kita pahami bahwa telah terjadi sebuah transisi dari kolonialisasi menuju neokolonialisasi. Salah satu Dampak yang bisa dirasakan oleh masyarakat saat ini adalah utang luar negeri pemerintah semakin membesar.
Manifesto Ekonomi Kerakyatan sebuah buku yang menarik dan memberikan makna serta kontribusi lebih. Buku yang tentunya memberikan banyak inspirasi dan masukan untuk membuat terobosan-terobosan dalam penyelenggaraan ekonomi kerakyatan. Tinggal bagaiman bagi pelaku ekonomi atau pengambil kebijkan khususnya pemerintah secara nyata dan konsisten menjalankan kegiatan
perekonomian .
Kristianus Hiktaop, Fransiskus Kasipmabin (mahasiswa USD)
Catatan: Resensi Ini Pernah Muat di Media Massa Kolom Kolom Pustaka BERNAS Yogyakarta, pada hari Selasa 12 Januari 2010. ( sudah)
CERPEN
PANGGIL AKU PAK KUSUT
(Semacam Surat Buat Anak)
Malampun menjalang ketika kenanggan seperti dirimu seperti menyergap bersama hari yang kian menggelap, kenangan tentang sinar dari sepasan matamu yang membuatku berdebar. Kemudian tiap kali aku meneyendiri debaran-debaran itu seperti berbisik dan mendorongku untuk mendekatkan perasaan ini padamu. Betapa desiran itu seperti meyakinkan aku bahwa kamu sedang melambaikan tangan menantiku. Dan akhirnya aku berhasil membuatku menambatkan perasaanmu padaku. Sejak saat itu selalu ada rasa bahagia yang mengisi rongga perasaanku. Sampailah aku pada saat ini dimana hari-hari ku lalui tampa bisa menatap sinar matamu itu. Kita telah berjanji untuk saling merindukan lalu saling kita merelakan masin –masin dari kita untuk menuntaskan rasa penasaran kita akan hidup. Entalah kapan kita akan ketemu lagi. Sepertinya kamu telah berubah banyak .
O ya, pertemuan kita yang terakhir sangat membahagiakanku. Tapi sekaligus mengendapkan perasaan senang di benakku. Rongga perasaanku sama sekali tidak berkurang, tapi justru bertambah. Kini terdapat sebuah rongga kosong dalam perasaanku dan aku tidak mampu menjelaskannya dengan isi kepalaku yang koson ini. Waktu itu aku berhasil mengumpulkan uang dari hasil kerjaku sebagai pembela kayu bakar lalu dijual aku nekat mencari di kota yang engkau berada. Rupa-rupanya kamu tak pernah lagi memakai baju-baju lamamu lagi. Kini nyaris semua pakaianmu berwarna cerah. Ya, secara kehidupan yang kita harap-harapkan. Waktu itu kamu keliatan cukup bahagia keadaanmu dan benda-benda yang berasil kamu miliki sekarang. Syukurlah.
Tapi seingatku, dan menurut perasaanku ,tak ada yang berubah dari diriku. Mungkin karena aku keras kepala. Atau karena sifatku yang tidak supel ini . Tapi yakinlah perubahan itu sama sekali tidak menghapus perasaanku dan kenanggan tentang sinar matamu itu.
Tapi sudahlah, rasanya mengenangmu begitu saja tidak cukup. Aku inggin menuliskannya pada secarik kertas ini. Mungking suatu saat aku akan mengirimkanya padamu. Mungkin hanya akan ku simpan sebagai penghibur diri sendiri saja. Dan yang pasti sebagai pengobat kesediaanku padamu. Ketinggalan jaman.
Kini rasa-rasanya mereka memaksa kita untuk membeli benda berbentuk kotak dengan sebuah layar dan tombol,tombol dibawahnya, dan kebiasaan bersurat itu terpaksa kita lupakan dan kita gantikan dengan sms ( oh…ya, sebenarnya aku tahu kepanjangan dari sms tapi aku tak perna mau mengucapkanya. Lidaku ini yang selalu berat untuk mengucapkan. Aku rindu waktu lalu, ketika natal anak mengirimkan kartu ucapan selamat natal. Dari guratan tipis dan rapi tulisan anak, ayahmu susa baca tetapi,segera saja terbayang lentik jemari anak.
Kemudian ketika malam dengan perasaan bahagia yang membongkar rongga dada,aku tak bisa tidur. Anak aku akan kembali waktu-waktu lalu. Ketika rindu, kita akan mencuri waktu, lalu bertemu. Dan dengan posisi duduk berseberangan kita akan saling mencuri pandang. Kita sama-sama merasa di rongga dada pada saat mata kita saling beradu. Tapi kini rasa-rasanya mereka sepertinya memaksa kita untuk menumpakakan rindu itu melalui alat yang terhubung dengan kabel.
Aku agak lupa nama alat itu, tapi kalau tidak salah ujunya ada bunyi pon, pon atau apa itu (he…..he….anak aku jadi inggat cedepon. Perlu anak tahu , aku merasa lega ketika berbicara dengan anak mengunakan alat itu dari jauh. Aku jadi inggat ketika waktu kecil dulu, aku sering mengajari anak membut jerat, berburu, dan membuat musik tradisional dengan mengunakan kalen,kaleng bekas dengan seutas benang yang kami curi dari lacinya mamamu itu.
Anak aku seperti orang mono, menatap jam dindin yang tak perna berbutar terbalik itu belum lagi kebinggunganku perubahanku seperti selaput pemisah antara kini dan masa laluku yang indah, kini kita haru relah membiarkan mulut kita mengganga ketika kita di rayu oleh banting kerja dan berburu. Susah paya untuk mengingat istilah selamat,makan ,minum. Anak aku susah paya mengingat istilah makan ,selamat,minum, itu biar tidak salah tulis dan aku masih binggun membacanya.
Sebenarnya, aku lebih suka memasak dan melati warga sekitarnya, dengan masakan yang aroma dan sedap dirasa ( mungkin, kapan-kapan aku ajar anak untuk cara memasak yang enak rasanya itu……….). Anak, sebenarnya saya inggin tahu perasaanmu tentang semua ini. Apaka anak merasakan apa yang aku rasakan? Aku seperti terbanggun dari mimpi. Tiba-tiba saja semua berubah. Enta mulai dari kapan. Sepertinya ada kekuatan, entah apakah itu, ( tetapi aku yakin itu bukan kekuatan dari langit), yang memaksa kita untuk merubah kebiasaan kita. Kebiasaan yang kita membut kita bahagia dan dekat .
Kekuatan itu tidak datang tampa berkirim surat terlebih dulu. Tampa mengajak kita untuk bertemu dan rembulan agar kita mengubah kebiasaan kita secara ikhlas. Anak ketika aku menolak perubahan itu tiba-tiba saja mereka bilang aku mas kusut, tetapi sebenarnya aku bahagia mengingat kusuf dan tede itu. Tetapi aku tak tahu apakah mereka bahagia? Anak, jika perasaan anak sama dengan yang aku rasakan mungkin kita tidak usah ikut-ikutan. Kita lanjutkan kebiasaan yang dulu itu.
Anak, sebelum ungkapan perasaanku ini aku akhiri, dari jauh aku ingin mengajak anak mengingat masa lalu kita yang menyenangkan. Sebenarnya aku relah dipanggil kusuf dan tede. Dari pada melepaskan kebiasaan kita itu. Kebiasaan yang tidak hanya menghanggatkan dan membahagiakan kita dua, tetapi kebiasaan itu juga membuat kita berbahagia dengan kerabat dan tetangga- tetangga yang kita cintai. Oh ya, jika sewaktu-waktu anak meminta aku melupakan pikiranku yang tida membahagiakan ini. Perluh anak tahu, aku melakukanya hanya untuk anak. Bukan untuk mereka yang memaksa kita berubah dengan alat-alat yang mereka sebut modern dan dengan toko-toko yang harganya dibanting itu bukan kerabatku, bukan pulah tetanggaku. Aku yakin! Karena seperti anak tahu, tetanggaku seperti juga aku masih hidup apa adanya ini.
Oleh Yulius Pekei (Mahasiswa PBSID,FKIP, Universitas Sanata Dharma)
Catatan: ….
FABEL ( Cerita Binatang )
KUS – KUS DAN UDANG
Di sebuah telaga di daerah suku mee papua, hiduplah kuskus, karena mengingat kesunyianya sendiri maka kus-kus pun bersahabat dengan seekor udang. Persahabatan tersebut sangatlah kuat.
Pada suatu hari si udang jatuh sakit. Badannya sangat lemah. Dengan setianya si kus-kus menunggui temannya itu. Sudah beberapa hari si udang tidak enak makan. Maka si kus-kus berusaha mengajaknya. Namun si udang hanya mau makan kalau diberi makan hati kura-kura.
Mendengar permintaan si udang, Si kus-kus menjadi sangat sedih. Sulit sekali memenuhi permintaan sahabatnya itu. Kura-kura adalah hewan yang sangat ganas, kuat dan dibungkusi tubuhnya berupa batu, hanya hidup di tempat- tempat tertentu itu. Namun akhirnya ia memutuskan juga untuk mencarikannya.
Maka iapun meloncat-loncat dari pohon ke pohon hingga sampai ke sebuah pohon yang batangnya menjorok ke danau. Dengan perlahan si kus-kus melobangi sebutir biji jambu . Setelah itu, iapun masuk ke dalam biji tersebut itu. Dari dalam biji itu ia masih dapat menggerogoti tangkai buah jambu itu.
Tak lama kemudian buah jambu itu sudah terlepas dari tangkainya dan tercebur ke danau itu. Ombak danau itu sangat besar, sehingga dalam waktu tidak lama, buah jambuh itu sudah berada ditengah laut danau itu. Tiba-tiba datanglah seekor kura-kura besar. Dengan segera ia menelan buah jambu tersebut tampa mengunya langsung menyelang bulat-bulat. Setelah kus-kus itu berada di dalam perutnya kura-kura, si kus-kus itu memulai mengigit hatinya kura-kura itu. Kura-kura itu menggelepar-gelepar menuju pinggir danau. Sesampainya di pinggir danau, kura-kura tersebut itu sudah kehabisan tenaga dan akhirnya mati.
Dengan senang hati si kus-kus itu membawa hati kura-kura itu untuk sahabatnya. Dengan ajaibnya setelah memakan hati kura-kura, Si udang menjadi sembuh total. Ia meloncat-loncat dengan gembiranya. Ia pun berjanji akan menolong si kus-kus kalau ia sakit di hari kemudian.
Oleh Yulius Pekei Mahasiswa PBSID,FKIP, USD.
Catatan: .............
MELESTARIKAN NILAI POSITIP PERANG SUKU
Suku Dani yang berada di Wamena Papua sangat dikenal oleh mancanegara karena suku ini memiliki beberapa kebiasaan yang khas. Salah satu adalah kebiasaan mereka dengan perang suku. Mereka mengenal dua bentuk perang yaitu perang intern konfederasi dan perang antar konfederasi. Setiap kali ada perang suku antara 2 kelompok selalu saja mengakibatkan korban nyawa dan harta. Secara adat perang suku itu dapat dihentikan oleh Kepala Suku bila korban nyawa dari dua kelompok itu seimbang. Jikalau korban nyawa dari dua kelompok tidak seimbang maka perang terus berlanjut dalam waktu yang relatif lama.
Setelah adanya pengaruh luar dari Gereja dan Pemerintah mulai sejak tahun 1959, maka dari kedua pihak ini sangat membatasi bahkan melarang agar suku Dani memberhentikan kebiasaan perang suku . Larangan ini bertujuan untuk mengamankan daerah sehingga masyarakat hidup dalam damai dan pembangunan berlangsung dalam suasana kondusif.
Orang suku Dani lebih diarahkan untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan pembangunan baik dari pihak Gereja maupun dari Pemerintah. Keterlibatan mereka dalam pembangunan itu mau diarahkan agar mereka tidak ketinggalan dari daerah-daerah lainnya di Papua atau di Indonesia.
Beberapa saat belakangan ini Gereja maupun Pemerintah telah sukses menyadarkan masyarakat Suku Dani agar mereka semakin melihat dan memahami apa nilai positip dari perang suku. Melalui musyawarah yang diadakan oleh kedua pihak dengan tokoh-tokoh masyarakat ternyata diketemukan sejumlah hal positip dari kebiasaan perang suku ini.
Beberapa nilai positip antara lain:
Mereka sangat kreatif untuk membuat alat-alat perang (Busur, Anak Panah,Tombak) yang sangat variatif. Mereka dapat menciptakan hiasan-hiasan khusus yang dipakai pada saat perang, seperti hiasan di kepala, di dada, di muka, di tangan. Hiasan ini mengandung nilai seni maupun nilai religius dan keamanan.
Mereka dapat menciptakan strategi-strategi perang yang tepat dalam menghadapi musuh. Dari sisi positip mereka sudah terbiasa untuk menghadapi tantangan dan selalu ada solusi untuk menghadapi berbagai tantangan dari luar.
Mereka memiliki semangat juang yang tinggi terhadap berbagai tantangan sehingga mereka lebih aktip dalam pembangunan.
Mereka ditanamkan rasa keberanian , harga diri serta percaya diri dalam menghadapi berbagai tantangan pada zaman modern.Mereka dapat menciptakan lagu-lagu yang sesuai dengan suasana perasaan saat itu. Mereka membina semangat kebersamaan diantara kelompok.Mereka dapat menari-nari dengan gerakan-gerakan kombinasi kreatif yang memukau penonton terutama yang menyaksikan pada event-event tertentu lebih khusus saat perayaan HUT RI.
Tampilan permainan perang-perangan ini menjadi sumber income bagi mereka dan bagi devisa daerah/negara melalui para tourist mancanegara yang berkunjung ke Wamena sebagai salah satu kota tourist di Indonesia.
Mereka membina hubungan yang harmonis dengan roh-roh leluhur yang melindungi mereka dalam hidup sehari-hari termasuk ketika perang sebagaimana yang dilakonkan dalam permainan perang-perangan.
Mengingat ada sejumlah nilai positip di atas maka Pemerintah dan Gereja serta Masyarakat telah bersepakat untuk melestarikan kebiasaan nilai Perang Suku ini sebagai salah satu jenis Olahraga Tradisional Suku Dani. Tujuan utama melestarikan nilai-nilai budaya sekaligus olahraga yang memberikan kontribusi pada warga masyarakat terlebih khusus bagi generasi muda dan mendatangkan devisa negara melalui touristme ke Wamena Indonesia.
Oleh: Yanuarius You (Peserta Lembaga Pelatian Jurnalistik Bernas “LPJB”)
________________________________________________________________________
Catatan: Tulisan ini Pernah Muat di Media Massa Kolom Bebas Bicara BERNAS Yogyakarta, Pada Tanggal 13 Januari 2010. ( SUDAH)
JURNALIS MEMBELA KEADILAN DAN KEBENARAN
Karena Selama ini saya mengetahui tentang jurnalis adalah sosok yang memiliki kemampuan dalam menghargai waktu, memburu informasi, wetch dog, berjiwa umum, membela keadilan dan kebenaran. Selain itu, dalam mengunakan bahasa mudah dipahami dan tersruktur, menjadikan hal yang tida penting menjadi menarik dan sebagainya dengan latar belakan inilah maka saya tertarik menjadi jurnalis.
Yakni menghargai kemampuan waktu adalah
Bersama LPJB di harian BERNAS Yogyakarta saya belajar mengenai teknik menulis berita artikel dan fiksi dan juga pemakaian bahasa media.
Catatan: Tulisan ini Pernah Muat di Media Massa Kolom Bebas Bicara BERNAS Yogyakarta, Pada Hari Jumat 8 Januari 2010.
PEDAGANG KOLAM IKAN
Ibu Siti Mas Amah,54 tahun, Pengelola Kolam Ikan, dari 1998 hingga saat Ini, lembah Selokan mataram, alamat rumah Pugeran Maguoharjo Depok Sleman Yogyakarta.
Ibu yang bewajah ceriah suka senyum ini memiliki skill sebagai petani ikan. Usaha kolam ikan diberi nama Moro Kangen. Moro kangen (rindu datan lagi) adalah nama kolam yang terletak di lembah selokan mataram. Usaha ini dikelola sejak tahun 1998, secara bertahap dari satu kolam hingga kini menjadi sepuluh kolam. Banyak pengunjung ke tempat itu, baik secara pribadi, keluarga, atau kelompok untuk mengadakan rekreasi dengan memancing di kolam atau sekedar menikmati ikan bakar segar.
Penghasilan yang diperoleh Rp 1.000.000- Rp 1.5000/perhari, pada hari minggu pendapatan bisa meningkat sampai Rp 3.000.000;, bahkan lebih dari itu jika pada hari raya atau liburan. Jadi, banyak atau sedikitnya pemasukan sangat bergantung pada banyak-sedikitnya pengunjung. Dari pemasukan ini digunakan untuk biaya sekolah, biaya kuliah dari delapan anak kandung, gaji tujuh karyawan, pengembalian pinjaman dari Dinas Perikanan Kabupaten Sleman, biaya hidup harian serta ditabung dibank untuk pengembangan usaha maupun kepentingan lainnya.
Sebelumnya saya petani pengelola sawah, tetapi sejak itu saya melihat orang jarang menjual ikan tawar di pasaran maka ketika itu saya berinisiatif mengelola kolam ikan, untuk menjualkan kepada masyarakat. Proses pembuatanya Selama pemerataan tanah hingga pembuatan kolam saya tidak membutukan tenaga lain dengan prinsip kalau saya kerja, saya makan dan kalau tidak kerja saya tidak makan. Berdasarkan pemikiran itu maka saya membanting tulang demi mempertahankan kehidupan keluarga.
Kolam yang berjumlah sepuluh kolam, 5 kolam kecil untuk pesanan dan 5 kolam besar untuk pemancingan. Dulunya tangkap ikan-ikan kecil di got tetapi sekarang ikan biasa saya beli di petani ikan di kali sogo kelompok tani ikan. Kolam-kolam ini berisi beberapa jenis ikan yaitu ikan bawal, ikan gurame, ikan mas, ikan lele. Sekarang Tenaga pokok yang bekerja adalah 7 orang dan tenaga sampingangan adalah anaknya sendiri.
Saya pesan,umumnya kepada pengusaha kecil , khususnya kepada ibu-ibu, bahwa jangan takut berusaha, tanpa gelar bisa mendatangkan uang yang penting kita yang buat dengan jujur, tekun, taat pada pekerjaan.
Wawancara: Yulius Pekei dan Yanuaris You.
______________________________________________________________________________
Catatan: Hasil Wawancara dengan Ibu Pedagan Kolam Ikan Pada Tanggal 14 Januari 2010. Pernah Muat Di Media Massa BERNAS Yogyakarta Pada Hari Minggu Tanggal 17 January 2010, Kolom/ Rubrig …..
JAMASAN PUSAKA
Wali Kota H. Herry Zudianto Se, Akt, Mm. Menjamas Pusaka, Dihalaman Kantor Walikota Pada Tanggal 14 Januari 2010, Tepat Puku 09.30.
Tombak pusaka dari Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat Kiyai Wijoyo Mukti yang diserahkan Gubernur Sri Sultan Hamenku Buwono X Kepada Pemerintah Kota ( Wali Kota Yogyakarta R,Widagdo) merupakan senjata yang di buat pada tahun 1921 semasa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono V111. Suro ( Tahun Baru Jawa) tepat jatu pada hari kamis tanggal 14 januari 2010, disimbolkan oleh Wali Kota H. Herry Zudianto SE, AKT, MM. Dihalaman walikota yogyakarta. Jamasan pustaka (membersikan pustaka) terdiri dari 21 kris dan 2 tombak.
Keris diwarnai sebagai sprit keberanian pada pemiliknya lebih pede (sifat kandel), fisiknya adalah senjata untuk menjaga dari musu. Penyucian ini dilakukan oleh pegawai negeri tetapi orang yang apdi dalam kraton yang dianggap mengerti secara teknik menyiapkan diri. Proses pembersianya adalah pertama melihat kondisi karat atau tidak yang karat dibersikan diberi ( Warangan) unsur kimia beracun setelah itu dikirimi minyak lalu keringkan , masukan rongko (kaul) pengerin. Anti kimia fungsinya untuk mengeluarkan untuk anti karat. Ibaratnya adalah mohon kepada Tuhan agar berjalan lancar dalam pekerjaan pemerinta untuk mensejatrakan masyarakat.
Saya dijamas dengan filosofi supaya menghangatkan dan simbolisasi apa yang diharapkan pemerintah ikatan kultur mengingat kembali filosofi yang ada dan sekaligus merawat agar tidak karatan. Kita mengapdi untuk rakyat, kita layani bukan melayani supaya tidak lupa tugas. Secara fisik diawetkan, jd filosofi yang kramat. Saya sebagai pemimpin memberi karakter pondasi yang tumbuh kembangkan, pondasi nilai yang luhur untuk memperkaya anak bangsa agar memperkaya kalakter nasional, tutur wali kota (Drs. Hj. Herry Zudianto, SE; AKT; MM.)
Senjata yang waktu itu biasa dipergunakan oleh para perajurit tersebut, mempunyai panjang keseluruhan 3 meter. Tombak dengan pamor wos wutah wengkon dengan dhapur kudhuping gambir ini, landeanya sepanjang 2,5 meter tersebut dari kayu walikun, yaitu yenis kayu yang sudah lazim digunakan untuk gagan tombak dan sudah teruji baik kekerasannya maupun kelihatanya.
Tombak wijoyo mukti sebelumnya disimpan di bansal prasimosono, dan sebelum diserahkan kepada pemerintah kota yogyakarta, terlebih dahulu telah dijamasi oleh krt. Hastononegoro, diyudonegaran. Adapun pemberian nama “Wijoyo Mukti” baru dilakukan beberapa hari menjalan upaicara penyerahan berlangsung yaitu pada upaicara peringatan hut ke-53 pemerintah kota yogyakarta pada tanggal 7 Juni 2000 dihalaman balai kota dan diikuti oleh prajurit kraton yakni satu “Bregodo Projurit Mantrijero” lengkap dengan pakaian kebesaranya yang mengawal tombak pustaka yang diserahkan.
Kini, tombak pustaka (Kyai Wijoyo Mukti” yang merupakan pustaka kebesaran kota yogyakarta, disemayamkan di ruwang wali kota yogyakarta. Dengan keberadaan tombak pustaka di ruang kerja walikota tersebut, mengisiaratkan adanya pesan pesan luhur/ symbol kekuatan moral bagi pemimpin selalu berusaha memakmurkan rakyatnya yakni kemakmuran yang dinikmati oleh semua warga, seperti yang disiratkan dalam pamor wos wutah wengkon dan dhapur kudhupin gambir. Simbolisasi inis sesuai dengan amanat gubernur diy, bahwa dalam budaya jawa, pusaka adalah lambang budaya berpamor agama. Maknanya, pusaka bukanlah sekedar senajat, apalagi alat.
Pusaka adalah dwitunggal antara logam pilihan anti karat dengan unsur spiritual penciptanya, yang terpancar dari aura pamor-nya. Sehingga tegaknya pusaka Kyai Wijoyo mukti, mensiyaratkan luluhnya pamoring kaula-gusti. Dalam dimensi vertikal, bermakna pasrah diri dan tunduk patuh pada insan kamir ke haribaan sang khaliknya. Dalam dimensi horizontal, mensiaratkan sosok pemimpin yang tampa pamrih bersedia ngaulo, yang siap melayani rakyatnya dalam bentuk public services yang semakin baik yang menghargai harkat dan martabat warganya. Selain itu, tegaknya pusaka membawa pesan terpadu ditegakkan nilai-nilai kehidupan luhur, yakni kebenaran, keindahan dan kebaikan, dalam upaya kita bersama membangun suatu clean government dan good governance, serta masyarakat berbudaya yang sadar akan haknya, namun juga menghormati hak orang lain dan tahu pasti akan kewajibannya sebagai warga masyarakat kota yang baik dan berperadaban.
Keberadaan kyai wijoyo mukti juga melambankan kondisi wijoyo-wijayanti, yakni kemenangan sejati di masa depan, dimana seluruh lapisan rakyat dapat merasakan kamukten atau kesenangan lahir-batin, oleh sebab tercapainya tingkat kesejatraan yang benar- benar merata.
Tombak pusaka yang memiliki dhapur kudhuping gambir, berarti titik awal mulai mekarnya harapan yang membawa keharuman kota dengan segala predikatnya. Sebagai pustaka kebesaran wilaya dengan pamor wos wutah mengkon, sekali lagi merupakan lambang melimpahnya kemakmuran bagi seluruh rakyat dalam wewenkon wilayah kota yogyakarta, mudah-mudahan pusaka merupakan tombak yang melambangkan keperajuritan serta semangat ksatria ini, dapat menjadi inspirasi dalam menata pembangunan lahiriah dan patiniah kota yogyakarta tercinta. Tutur Kabak Humas Dan Imformasi “Herman Edi Sulistiyo, SH.”
Liputan: Yulius Pekei, Yanuarius You Magan LPJB Yogyakart.
Catatan : Liputan Ini Pernah Muat Di Kolom Berita Harian Jogja, Selasa Tanggal 9 Januari 2010/.
GKR HEMAS: TARAKANITA AGAR LEBIH AKTIF CERDASKAN ANAK-ANAK BANGSA ( COMPASSION BASED CREATIVITY )
Yayasan Tarakanita menyelenggarakan Tarakanita Edufair 2010 di Yogyakarta Expo Centre (JEC) pada tanggal 22-24 januari 2010 dan dihadiri dua ribuan siswa/i, ratusan guru-guru serta karyawan dan undangan. Event ini dibuka resmi oleh Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas.
Dalam sambutannya, GKR Hemas mengimbau agar Yayasan Tarakanita lebih berperan aktif untuk mncerdaskan anak-anak bangsa sambil mengucapkan terima kasih atas pengabdian Yayasan tarakanita selama ini yang berkarya sebagai mitra pemerintah.
Ketua Penyelenggara Drs. Ant. Ngudisantosa mengemukakan, tujuan kegiatan bertajuk Compassion Based Creativity, ini untuk memperkenalkan kepada masyarakat luas tentang perkembangan Tarakanita, Memacu peningkatan mutu pendidikan Tarakanita dan pendidikan di DIY dan Jateng, Menjalin kerja sama antar lembaga pendidikan dan masyarakat umum yang terkait dengan dunia pendidikan, Memberikan apresiasi kepada siswa berprestasi dengan menampilkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa.
kegiatan Tarakanita Edufair selama tiga hari berturut-turut adalah Kegiatan yang diadakan Lomba sains dan Matematika, Lomba kreativitas Daur Ulang, Lomba Chearleadance, Lomba Lukis dan Mewarnai, Lomba Drumband, Lomba Gerak dan lagu, Lomba Family fun Cooking, Lomba Kreativitas Komputer, Lomba Band.
Peserta yang terlibat, sebanyak sembilan sekolah di bawah Yayasan Tarakanita dari tingkat TK sampai SMU, dan hadir pula undang dari sekolah-sekolah setingkat DIY. Ada jenis lomba diikuti oleh perorang/individual tapi ada yang diikuti dalam group. Pemenang diumumkan setelah diadakan lomba. Kepada pemenang diberikan hadiah berupa piala tropi, sertifikat dan uang pembinaan.
Gembira jadi pemenang
Agatha dan dua temannya (Synthia dan Novi) dari SMP Stella Duce/II, mengungkapkan kegembiraan kepada Bernas. ” Kami, bertiga merasa gembira bisa mendapat juara biar juara harapan I dari hasil lomba daur ulang”. ”Ya pak, tadi saya merasa gugup sampai gementaran”, sahut seorang peserta. ”Tapi, pekerjaan membuat tas dari kain sisa bisa selesai dan kamu bisa juara. Ternyata kamu bertiga bisa kan!”, tegas Bernas meneguhkan. ” Ya, kami bisa, sahut Agatha sementara pegang piala trofi.
Valerie, keas V SD Budi Wacana Yogyakarta. dengan dua teman lainnya juga mengikuti Lomba Daur Ulang dari barang pecah belah dan mendapat juara harapan I. Dia mengakui sangat gembira atas kemenangan ini dan anak putri ini mengakui dengan polos dia tidak gugup saat bertanding. ” Biasa aja pak waktu ikut lomba”ujarnya, sahutnya. Ibu Guru Magdalena yang mendampingi anak tersebet mengangguk-angguk sambil tersenyum, dengan mengatakan: ”dia bisa ko pak”.
Ketua II Bapak Haryono , Kepala SMP Stella Duce I. Beliau membenarkan kalau masyarakat di DIY maupun luar DIY sangat berantusias menyekolahkan anak-anak di sekolah-sekolah Tarakanita. ”Tarakanita SMP mendapat. Liputan Yulius Pekei & Yanuarius You
Catatan: Liputan ini Pernah Muat di Rubrik Wacana, BERNAS Yogyakarta Pada Hari Kamis 28 Januari 2010.
- NHN NATAS USD JOGJA Tanggal 16 Maret 20O9
- Harian BERNAS JOGJA Tanggal 8 Januari 2010.
- Harian BERNAS JOGJA Tanggal 12 Januari 2010.
- Harian BERNAS JOGJA Tanggal 14 Januari 2010.
- Harian BERNAS JOGJA Tanggal 15 Januari 2010.
- Harian BERNAS JOGJA Tanggal 17 Januari 2010.
- Harian BERNAS JOGJA Tanggal 25 Januari 2010
- Harian BERNAS JOGJA Tanggal 26 Januari 2010
UNTUK MEMILIKI BUKU/2, &; MAJALAH,2 PAPUA KONTAK SAJA HP. 081392549876.SIAP ANTAR.
Senin, 29 Maret 2010
SEMAKIN MAHAL BIAIYA PENDIDIKAN, KUALITAS MAKIN TURUN
Antara Biaya Kuliah yang Makin Mahal dan Kualitas Pendidikan Perguruan Tinggi Malah Berbanding Terbalik. Semakin Mahal Biaiya, Kualitas Out Put Makin Turun.
Setiap tahun ajaran buru, selalu saja ada kenaikan biaiya pendidikan, biaya yang pasti mengalami kenaikan di perguruan tinggi (PT), uang satuan kredit studi (SKS) sebesar sepulu persen (10%) dan dana pengembangan pembangunan (DPP ) Uang kuliah tetap (UKT) sebagai dana bersama. Yang ruting naik adalah SKS. Sedangkan untuk DPP, kenaikannya kapan dan seberapa besar, tidak diatur secara tertulis . karena meliahatnya peningkatan biaiya operasional pendidikan semakin mahal maka dari itu, seluruh (PT) rutin naik setiap tahunya. Namun, ternyata uang SKS tidak sangup menanggung biaya tersenut. biaya pendidikan yang makin mahal menjadi dilema bagi Indonesia yang sedang mengalami transformasi menuju negara maju.
Dalam proses transformasi membutuhkan generasi muda yang memiliki pendidikan baik,. Jika biaya pendidikan mahal maka hanya orang-orang mampu secara finansial yang bisa menikmati pendidikan. Banyak masyarakat Indonesia yang cerdas tapi tidak bisa menikmati pendidikan tinggi karena tidak memiliki kemampuan finansial. Jika hal ini terus berlangsung, pada sekitar 30 tahun mendatang, masyarakat kelas menengah di Indonesia, hanya berasal dari masyarakat kelas menengah saat ini. Sedangkan potensi dari keluarga sederhana tidak bisa tumbuh. Kalau biaiya pendidikan tinggi, relatif tidak bisa diakses masyarakat dari keluarga sederhana.
Semakin mahalnya biayaia pendidikan tidak mungkin luput dari kritik mahasiswa, bertolak dari itu pers-pers mahasiswa sudah mulai mengkritik kenaikan biaiya pendidikan salah satunya, pers USD mengankat dengan tema “ Mempertanyakan Fasilitas, Kualitas, dan Kemanusiaan USD Saat Kuliah Makin Mahal”.
Pada minggu-minggu terakhir ini ramai dibicarakan mengenai makin mahalnya biaya pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Meski nanti lulus SPMB, calon mahasiswa baru harus menghadapi persoalan berikutnya: kewajiban membayar biaya pendidikan yang sangat mahal. Menurut Antara News (04/07/07), di Universitas Indonesia, uang pangkalnya saja besarnya mencapai Rp 25 juta untuk fakultas-fakultas eksakta.
Di PTN lain yang saat ini berstatus BHMN seperti IPB, ITB, Unpad, UGM, Unair, dan sebagainya juga menetapkan tarif uang pangkal yang tidak berbeda jauh dengan UI. Selain uang pangkal mereka juga diharuskan membayar berbagai komponen dana yang beragam di tiap jurusan dan fakultas. Semakin tinggi peminatnya, suatu jurusan atau fakultas akan menetapkan tarif yang tinggi pula. Beberapa jurusan atau fakultas di BHMN tersebut ada yang harus membayar total Rp 45 hingga Rp 120 juta.
Akibat: kalau makin mahalnya biaya pendidikan di Perguruan Tinggi (PT), kejadian seperti pada tahun sebelumnya kemungkinan berulang, yaitu adanya beberapa peserta yang dinyatakan lulus SPMB, namun kemudian mengundurkan diri karena tidak mampu menanggung biaya pendidikannya.
Ujian Nasional sudah mulai digelar tanggal 22 Maret hingga samapai 25 2010. tentu, tidak ada orang tua yang tidak ingin putra-putrinya bisa meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Karena itu, mereka yang lulus kemudian ramai-ramai mencari sekolah yang lebih tinggi, atau mencari perguruan tinggi (bagi yang lulus sekolah lanjutan tingkat atas/SLTA).
Namun, bagi keluarga miskin atau keluarga kurang mampu, tahun ajaran baru rasanya menjadi tahun-tahun yang berat karena biaya pendidikan makin hari makin mahal. Orang-orang yang melakukan bisnis di bidang pendidikan (ketua yayasan atau pimpinan lembaga pendidikan), terutama bagi sekolah-sekolah swasta, tampaknya tak mau tahu, sungguh-sungguh tidak mau tahu, terhadap masyarakat yang berpenghasilan pas-pasan. Pokoknya uang pangkal, uang gedung, uang buku, uang praktikum, dan entah uang apa lagi, harus dibayar sebelum anak masuk sekolah (atau sebelum tahun ajaran dimulai).
Mau bersekolah di sekolah negeri, nilai ujian siswa sering (banyak) tidak memenuhi persyaratan. Nilainya harus benar-benar di atas 7. Karena itu, sekolah di negeri juga tidak mudah, apalagi (konon) masuk di sekolah negeri pun (yang nilainya kurang dari persyaratan) harus mengeluarkan uang tidak sedikit.
Sekolah swasta atau lembaga-lembaga pendidikan swasta yang mutunya rendah pun ikut-ikutan menarik biaya yang tinggi. Padahal, setelah tamat sekolah, mencari pekerjaan pun sulit. Jangankan hanya tamat SLTA, sarjana pun banyak yang menganggur. kalau anak tidak sekolah, lantas mau bagaimana? Sampai kapan, keadaan seperti ini?"
Satu-satunya cara
Kalau memang Negara Indonesia punya cita-cita dan dasar bineka tungal ika, bagiama berfikir membangkitkan sumberdaya manusia. Yang perluh melihat:
Pertama: Alumni perguruan tinggi yang telah berhasil agar memberikan bantuan kepada almamaternya dalam bentuk beasiswa melalui organisasi ikatan alumni.“Alumni perguruan tinggi saat ini tidak menyadari jika mereka sudah diuntungkan dengan menikmati pendidikan tinggi yang biayanya masih murah. Melalui pendidikan tinggi, terjadi percepatan bagi seseorang dari keluarga sederhana masuk ke lapisan masyarakat kelas menengah.Jika mereka tidak memberikan bantuan dalam bentuk beasiswa, maka generasi adik-adiknya atau anak-anaknya dari keluarga sederhana tidak bisa lagi menikmati pendidikan tinggi, karena biayanya sudah mahal.
Kedua, perguruan tinggi harus bisa mengelola pendanaan dengan cara yang lebih modern, yakni dengan melihat sektor swasta untuk berkontribusi membantu biaya pendidikan tinggi. “Bentuknya berupa beasiswa atau penggalangan dana abadi,” masyarakat saat ini tidak bisa berharap seluruh biaya pendidikan sampai ke perguruan tinggi ditanggung oleh pemerintah.
Pada saat seluruh masyarakat Indonesia masih miskin, beban tersebut masih ditanggung pemerintah. Tapi setelah sebagian masyarakat status sosial ekonominya sudah lebih baik, mereka harus memberikan kontribusi agar pendidikan tinggi juga tetap bisa diakses oleh masyarakat dari keluarga sederhana. “Pemerintah saat ini sudah membantu biaya pendidikan dasar dan menengah, karena itu swasta harus berkontribusi membantu biaya pendidikan tinggi.
Karut-marut ini tidak dapat didiamkan atau bahkan dibenarkan oleh kita yang masih percaya pada UUD 1945 sebagai landasan berbangsa dan bernegara. Tak ada cara lain kecuali melakukan perombakan mendasar pada kebijakan, pelaksanaan, dan pengelolaan lembaga pendidikan. Perombakan mendasar harus dimulai dari manajemen pemerhati pendidikan pimpinan negara kita tercinta. Tidak ada cara lain membuat peraturan sendiri dari pengelola kampus itu sendiri. Harus memperbaiki seluruh kebijakan pengawasan dan pengendalian dari lembaga pendidikan pusat.
Setiap tahun ajaran buru, selalu saja ada kenaikan biaiya pendidikan, biaya yang pasti mengalami kenaikan di perguruan tinggi (PT), uang satuan kredit studi (SKS) sebesar sepulu persen (10%) dan dana pengembangan pembangunan (DPP ) Uang kuliah tetap (UKT) sebagai dana bersama. Yang ruting naik adalah SKS. Sedangkan untuk DPP, kenaikannya kapan dan seberapa besar, tidak diatur secara tertulis . karena meliahatnya peningkatan biaiya operasional pendidikan semakin mahal maka dari itu, seluruh (PT) rutin naik setiap tahunya. Namun, ternyata uang SKS tidak sangup menanggung biaya tersenut. biaya pendidikan yang makin mahal menjadi dilema bagi Indonesia yang sedang mengalami transformasi menuju negara maju.
Dalam proses transformasi membutuhkan generasi muda yang memiliki pendidikan baik,. Jika biaya pendidikan mahal maka hanya orang-orang mampu secara finansial yang bisa menikmati pendidikan. Banyak masyarakat Indonesia yang cerdas tapi tidak bisa menikmati pendidikan tinggi karena tidak memiliki kemampuan finansial. Jika hal ini terus berlangsung, pada sekitar 30 tahun mendatang, masyarakat kelas menengah di Indonesia, hanya berasal dari masyarakat kelas menengah saat ini. Sedangkan potensi dari keluarga sederhana tidak bisa tumbuh. Kalau biaiya pendidikan tinggi, relatif tidak bisa diakses masyarakat dari keluarga sederhana.
Semakin mahalnya biayaia pendidikan tidak mungkin luput dari kritik mahasiswa, bertolak dari itu pers-pers mahasiswa sudah mulai mengkritik kenaikan biaiya pendidikan salah satunya, pers USD mengankat dengan tema “ Mempertanyakan Fasilitas, Kualitas, dan Kemanusiaan USD Saat Kuliah Makin Mahal”.
Pada minggu-minggu terakhir ini ramai dibicarakan mengenai makin mahalnya biaya pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Meski nanti lulus SPMB, calon mahasiswa baru harus menghadapi persoalan berikutnya: kewajiban membayar biaya pendidikan yang sangat mahal. Menurut Antara News (04/07/07), di Universitas Indonesia, uang pangkalnya saja besarnya mencapai Rp 25 juta untuk fakultas-fakultas eksakta.
Di PTN lain yang saat ini berstatus BHMN seperti IPB, ITB, Unpad, UGM, Unair, dan sebagainya juga menetapkan tarif uang pangkal yang tidak berbeda jauh dengan UI. Selain uang pangkal mereka juga diharuskan membayar berbagai komponen dana yang beragam di tiap jurusan dan fakultas. Semakin tinggi peminatnya, suatu jurusan atau fakultas akan menetapkan tarif yang tinggi pula. Beberapa jurusan atau fakultas di BHMN tersebut ada yang harus membayar total Rp 45 hingga Rp 120 juta.
Akibat: kalau makin mahalnya biaya pendidikan di Perguruan Tinggi (PT), kejadian seperti pada tahun sebelumnya kemungkinan berulang, yaitu adanya beberapa peserta yang dinyatakan lulus SPMB, namun kemudian mengundurkan diri karena tidak mampu menanggung biaya pendidikannya.
Ujian Nasional sudah mulai digelar tanggal 22 Maret hingga samapai 25 2010. tentu, tidak ada orang tua yang tidak ingin putra-putrinya bisa meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Karena itu, mereka yang lulus kemudian ramai-ramai mencari sekolah yang lebih tinggi, atau mencari perguruan tinggi (bagi yang lulus sekolah lanjutan tingkat atas/SLTA).
Namun, bagi keluarga miskin atau keluarga kurang mampu, tahun ajaran baru rasanya menjadi tahun-tahun yang berat karena biaya pendidikan makin hari makin mahal. Orang-orang yang melakukan bisnis di bidang pendidikan (ketua yayasan atau pimpinan lembaga pendidikan), terutama bagi sekolah-sekolah swasta, tampaknya tak mau tahu, sungguh-sungguh tidak mau tahu, terhadap masyarakat yang berpenghasilan pas-pasan. Pokoknya uang pangkal, uang gedung, uang buku, uang praktikum, dan entah uang apa lagi, harus dibayar sebelum anak masuk sekolah (atau sebelum tahun ajaran dimulai).
Mau bersekolah di sekolah negeri, nilai ujian siswa sering (banyak) tidak memenuhi persyaratan. Nilainya harus benar-benar di atas 7. Karena itu, sekolah di negeri juga tidak mudah, apalagi (konon) masuk di sekolah negeri pun (yang nilainya kurang dari persyaratan) harus mengeluarkan uang tidak sedikit.
Sekolah swasta atau lembaga-lembaga pendidikan swasta yang mutunya rendah pun ikut-ikutan menarik biaya yang tinggi. Padahal, setelah tamat sekolah, mencari pekerjaan pun sulit. Jangankan hanya tamat SLTA, sarjana pun banyak yang menganggur. kalau anak tidak sekolah, lantas mau bagaimana? Sampai kapan, keadaan seperti ini?"
Satu-satunya cara
Kalau memang Negara Indonesia punya cita-cita dan dasar bineka tungal ika, bagiama berfikir membangkitkan sumberdaya manusia. Yang perluh melihat:
Pertama: Alumni perguruan tinggi yang telah berhasil agar memberikan bantuan kepada almamaternya dalam bentuk beasiswa melalui organisasi ikatan alumni.“Alumni perguruan tinggi saat ini tidak menyadari jika mereka sudah diuntungkan dengan menikmati pendidikan tinggi yang biayanya masih murah. Melalui pendidikan tinggi, terjadi percepatan bagi seseorang dari keluarga sederhana masuk ke lapisan masyarakat kelas menengah.Jika mereka tidak memberikan bantuan dalam bentuk beasiswa, maka generasi adik-adiknya atau anak-anaknya dari keluarga sederhana tidak bisa lagi menikmati pendidikan tinggi, karena biayanya sudah mahal.
Kedua, perguruan tinggi harus bisa mengelola pendanaan dengan cara yang lebih modern, yakni dengan melihat sektor swasta untuk berkontribusi membantu biaya pendidikan tinggi. “Bentuknya berupa beasiswa atau penggalangan dana abadi,” masyarakat saat ini tidak bisa berharap seluruh biaya pendidikan sampai ke perguruan tinggi ditanggung oleh pemerintah.
Pada saat seluruh masyarakat Indonesia masih miskin, beban tersebut masih ditanggung pemerintah. Tapi setelah sebagian masyarakat status sosial ekonominya sudah lebih baik, mereka harus memberikan kontribusi agar pendidikan tinggi juga tetap bisa diakses oleh masyarakat dari keluarga sederhana. “Pemerintah saat ini sudah membantu biaya pendidikan dasar dan menengah, karena itu swasta harus berkontribusi membantu biaya pendidikan tinggi.
Karut-marut ini tidak dapat didiamkan atau bahkan dibenarkan oleh kita yang masih percaya pada UUD 1945 sebagai landasan berbangsa dan bernegara. Tak ada cara lain kecuali melakukan perombakan mendasar pada kebijakan, pelaksanaan, dan pengelolaan lembaga pendidikan. Perombakan mendasar harus dimulai dari manajemen pemerhati pendidikan pimpinan negara kita tercinta. Tidak ada cara lain membuat peraturan sendiri dari pengelola kampus itu sendiri. Harus memperbaiki seluruh kebijakan pengawasan dan pengendalian dari lembaga pendidikan pusat.
Langganan:
Postingan (Atom)