Jumat, 21 Juni 2013

“ Menguak Papua melalui kuasa doa”

 
Allah Papua berkenan kepada perjuangan papua merdeka, sehingga mulai tahun 1998, Tuhan yesus sendiri mulai mendamaikan musuh - musuh OPM/TPM di papua, pembunuhan brutal mulai berjatuhan dari militer indonesia seperti yang terjadi pada tahun 1998 kebawah. Tuhan terus mendamaikan papua lewat doa peperangan rohani dari tubuh kristus. Doa peperangan rohani oleh tubuh kristus lokal papua meningkat kemana - mana untuk menyapu bersih setiap roh pembunuhan baik lewat dukun santet maupun secara nyata diatas papua barat.

Ketika anak – anak kristus lokal papua mengadakan doa peperangan dan puasa bagi suatu kemajuan perjuangan, maka mereka akan menang dalam setiap perlangkah menuju kemerdekaan tetapi kalau laskar Kristus tidak mendukung dalam sebuah kegiatan pasukan keadilan, maka mereka akan mengalami kemunduran dalam peperangan perjuangan di lapangan. Dalam kemenangan peperangan perjuangan yang di lakukan oleh laskar anak Tubuh Kristus lokal Papua dengan cara yaitu:

1. Mengadakan doa peperangan rohani ke arah musuh – musuh OPM /TPM serta mengarahkan doa peperangan ke arah setiap perkegiatan para aktivis politik, baik dalam kegiatan yang di lakukan dalam papua maupun luar negeri.
2. Mengadakan doa puasa dan demonstrasi di hadapan hadirat tahkta Allah, meminta kedamaian, keadilan Allah, meratap dan mengaduh demi keselamatan bangsa Papua, bahkan meminta kunci kemerdekaan bangsa.

Laskar kemerdekaan bangsa yang tergabung dalam Tubuh Kristus sejak lahirnya di bumi Papua hingga dewasa ini, karena terus mengadakan doa peperangan melawan segala bentuk Musuh-musuh kerajaan Allah yang ada dalam Papua seperti Roh antikristus, pengumpasan setan-setan yang ada di tanah papua yang berkembang dalam lingkungan manusia Kristen maupun berbagai setan-setan yang dibawah masuk dari luar papua yakni dari Indonesia, Arab, Rusia, Amerika, Pokoknya setan - setan yang di bawah masuk dari luar pulau papua maupun dari benua lain, yang bawah masuk ke papua. Sebab Papua adalah Surga kedua, Ujung bumi tempat Taman Firdaus dan tempat kerajaan ibukota kerajaan 1000 tahun damai.
Jika anda punya pertanyaan seputar harga buku, pesan buku papua maupun cetak buku papua " kami sebagai solusinya jadi mohon hubungi kami lewat alamat penerbit :

Penerbit : CERMIN PAPUA Jl. Tanjung Gedong No.18, Tomang Grogol Jakarta Barat E-mail: cermin.papua@yahoo.com Web:

Rabu, 12 Juni 2013

RENUNGAN BUKU CERMIN NOKEN PAPUA

Judul buku  :  CERMIN NOKEN PAPUA
Pengarang   :  TITUS  PEKEI
Penerbit       :  ECOLOGI  PAPUA INSTITUTE ‘EPI’
Tebal buku  :  187
Tahun terbit : 2011 dan 2012
Dibalik pesonanya alam pulau burung  di ufuk timur Indonesia tak hanya mempesona alam dan burung cendrawasih  yang mengenal di tingkat Nasional dan Internasional tetapi ada pulah benda-benda tersebunyi khas Papua“nokon”.  Noken adalah tas yang merayut dari serat pohon dan rumput. Untuk membuat Noken dimulai dengan mengenal bahan baku. Bahan baku yang dimaksud disini adalah bahan baku alami yang cara proses jadi benan pintal konvensional tangan secara manual. Tangpa  melalui proses alami cara konvensional sulit mengenal di tingkat Nasional atau Internasional. Dari generasi –demi generasi Noken sebagai ahli waris yang sangat mudah di temuakan di Papua sampai di pelosok, karena Noken sebagai warisan budaya dari nenek moyang yang selalu melengket pada diri masyarakat Papua sebagai tempat untuk mengisi barang yang di perlukan dalam kebutuhan hidup.
Wajarlah penulis buku Titus Pekei mengajak masyarakat luas  dan mengankat di permukaan tentang warisan budaya Noken Papua tersebut itu. Kehadiran buku cermin Noken Papua layak kita disebut sebagai  buku Best Seller karena selama ini jarang medokumentasinya. Buku  yang ukuran buku dan kertas yang menarik ini, penulis mengupas berdasarkan enam bagian besar. Keenam bagian besar tersebut di awali dengan kata- kata komentar dari petingi Indonesia dalam rangkah menyambut buku Noken tersebut  selanjutnya di sambut oleh kata sambutan dari  ‘Wakil Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif’ bahwa Noken memiliki perang penting dalam penguatan ekonomi kreatif berbasisi kearifan lokal guna membangun karakter bangsa disertai pemahaman pentingnya  promosi wisata kerajinan tangan menjadi keterbaduan ilmu pengetahuan hidup dalam ilmu kebudayaan masyarakat adat Papua melalui pendidikan dan kebudayaan formal yang unik dan khas. keragaman alam pikir masyarakat dalam kemahiran ilmu merajut dan\atau menganyam yang terus memperkaya nilai-nilai kemandirian karakter bangsa dalam kejayaan warisan budaya kebangsaan kedepan.
 Berikutnya, pada bagian pertama penulis memapakan pengertian dari Noken Papua sebagai daya cipta, rasa, dan karsa yang memiliki manusia berbudaya dan beradat.  Kemudian, bagian kedua Pekei menunjukan permukaan tentang keadaan alam Papua dan masyarakat Noken Papua. Dalam buku yang tak luput dari penuh warna Noken  yang menarik  itu pada bagian ketiga, menjelaskan tentang daya cipta dan karsa yang unik dalam kemahiran budaya Noken dalam hal menganyam, merajut dan mengfungsikan Noken. Dan selanjutnya, pada bagian keempat dengan keperhatinan penulis yang mana nyatanya pada era modrenisasi yang semakin melupakan warisan budaya leluhur itu maka pekei mengajak untuk berusaha mengenalkan  kepada pemerhati maupun generasi muda bahwa bagaimana mengenal Noken, memahami Noken, pemaknaan Noken, serta menghargai Noken itu.
Pada bagian kelima dalam buku Noken tersebut ini, penulis juga tak mendiam diri untuk menyuarakan dan melestarikan demi  generasi penerus atau masa depan yang mana mengankat tema dengan masa depan Noken Papua  di soroti dari lima sudut pandan dalam hal perestarian yakni bagaimana mengankat warisan budaya tak benda itu, transmisi dan penyelamatan Noken, melindungi Noken Papua, nominasi Noken Papua dalam bayang-bayang Noken dalam Otsus Papua itu, dengan makna tersirat yang di petik dari pembaca bahwa bagaimana mempertahankan budaya warisan ini, agar tidak menagalami kepunaan tetapi menahan lebih lama budaya warisan Noken sebagai Aneka bernilai dalam hidup keseharian. 
Selanjutnya pada bagian keenam, Beliau Titus “disapanya” merenungkan secercah harapan, meniti jejak budaya Papuani yang kian ambang kepunaan itu, mengingatkan kita untuk Noken sebagai mengasah kemahiran demi keindaan dan kearifan lingkungan hidup Papua, pulah,melestarikan kearifan kontak budaya Papua, keberpihakan demi penyelamatan Noken Papua sebagai keabadian dalam hidup untuk terus tekat menumbuh kembangkan sebagai warisan yang patut di hargai sebelum mempelajari budaya luar alias budaya lain. Kehadiran buku ini, layak baca Pemuda, Laki-Laki, Perempuan,  Mudah, Tua, Siswa, Mahasiswa, Pemerintahan, maupun Swasta. Adapun juga,  Buku tersebut hadir di tengah Nusantara Indonesia karena dengan tekat penulis mengkaji dan mengikuti proses pendaftaran Noken dari Papua, menjadi warisan budaya tak benda ketingkat Dunia melalui Komisi UNESCO setelah batik, keris, wayang, angkulung dan tarisaman gayo dari Aceh dalam tahun 2012 ini. Semoga Penulis Titus Pekei ini sebagai motivasi bagi penulis-penulis muda Papua yang kini semakin mengenal dunia luas tentang dunia tulis-menulis, agar bisa
Oleh Yulius Pekei

Rabu, 05 Juni 2013

Tokoh Gereja Paniai Manfret Mote Ajak Suku Mee Pagari Hidup dari Pengaruh Penghancur ‘Umii Tou Kaboo’


TIMIKA (PAPUA) - Tokoh Awam Gereja Katolik Dekanat Paniai, Manfred Chrisantus Mote, S.Fil, mengajak masyarakat Suku Mee untuk senantiasa memagari hidup dari berbagai pengaruh yang bisa menghancurkan tatanan nilai-nilai spiritualitas sebagai “umii tou kaboo” (dasar kehidupan).
“Seiring perkembangan jaman modern dewasa ini, banyak hal-hal baru yang sedang dihadapi oleh orang Mee. Hal-hal itu ada sisi positif, tetapi lebih banyak berdampak negatif. Dan, itu sangat berpengaruh langsung terhadap eksistensi hidup kita saat ini. Kiranya, kita bisa memfilternya dan itu bisa dilakukan jika kita telah memagari hidup dengan memegang erat nilai-nilai spiritualitas adat yang berlaku turun temurun serta ajaran Tuhan sebagaimana kita sebagai warga Gereja,” tuturnya, Selasa (09/08/2011).
Tuntutan jaman memang mengharuskan setiap orang harus berubah. Tetapi, bila tidak punya pegangan, maka akan terombang-ambing di tengah arus modernisasi. Oleh karenanya, kata Manfred, tidak seorangpun dengan sengaja atau tidak, membongkar “pagar hidup” yang sudah diwariskan semenjak dahulu kala dan berlaku kekal dalam kehidupan bermasyarakat Suku Mee.
Ia berharap, Orang Muda Katolik (OMK) sebagai bagian dari komponen masyarakat, harus lebih banyak berperan aktif dalam semua aspek. Berjuang tetap memagari hidup di tengah perubahan jaman yang tak mengenal kompromi.
Ajakan mengenai pentingnya peran kaum muda dalam membangun kehidupan bermasyarakat dan bergereja, sempat disampaikan pula di hadapan peserta Kemah Rohani VII OMK se-Dekanat Paniai di Quasi Paroki Salib Suci Madi, Senin (25/07/2011) lalu.
Dalam pada itu, Manfred menegaskan bahwa amat besar peran kaum muda dalam memandirikan Gereja. Berdasarkan hasil Musyawarah Pastoral (Muspas) III di Obano (26 Februari-4 Maret 2011), umat Katolik menyelami bersama bahwa “Emaawaa-Owaadaa kouko Mee-ka umii tou kaboo”. Karena itu, OMK sebagai bagian dari umat, diharapkan mengambil peran penting dalam memajukan kehidupan rohaniah dan jasmaniah warga masyarakat.
“Orang muda pertama-tama harus berangkat dari Emaawaa dan Owaadaa. Harus ada rumah, harus ada kebun. Itu baru bisa dikatakan Orang Muda Katolik (OMK). OMK yang bisa diandalkan keluarga, kombas, stasi dan paroki,” tandasnya.
Setiap orang muda, pinta Mote, harus pintar memakai dirinya, mengendalikan dirinya, pintar menggunakan anggota tubuhnya. “Jaga kekudusan diri berarti jaga kekudusan Rumah Tuhan. Orang muda harus bersih supaya bisa berbuat sesuatu yang berguna bagi banyak orang. Jangan bongkar pagar hidup, mee ka umii tou kabo ma eda ma ko tekebai.”
Prihatin terhadap pelbagai persoalan di tengah masyarakat, maka Muspas I tahun 2005 diadakan di Enarotali. Muspas II tahun 2008 di Wakeitei dan Muspas III di Obano tahun 2011. “Sudah tiga kali kita Muspas. Sudah tujuh kali kita Kemroh. Selama inipula sudah banyak terjadi perubahan di tengah kita. Entah positif maupun negatif, keduanya seimbang. Memperjuangkan perubahan yang baik, adalah tugas kita sekarang,” kata Manfred.
Baginya, keterlibatan OMK sangat penting. Tindakan nyata apa yang harus dibuat, adalah pekerjaan besar. Bukan tinggal dibicarakan, melainkan urgen untuk direalisasikan. “Kalau kita mau bertahan, kalau mau lawan arus perkembangan global, maka bekerja adalah kuncinya. Kita semua termasuk OMK dituntut untuk bersaksi dan berkiprah di tengah masyarakat. Jangan tidur-tiduran, OMK harus bangkit dan senantiasa ada di garis depan, dalam setiap aktivitas, termasuk kembangkan usaha mandiri sesuai potensi dan kebutuhan,” tantang Manfred.
sumber: (Tabloid Jubi) dari www.kabargereja.tk. http://gereja.tumblr.com/post/11901241013/tokoh-gereja-paniai-ajak-suku-mee-pagari-hidup-dari