Rabu, 12 Juni 2013

RENUNGAN BUKU CERMIN NOKEN PAPUA

Judul buku  :  CERMIN NOKEN PAPUA
Pengarang   :  TITUS  PEKEI
Penerbit       :  ECOLOGI  PAPUA INSTITUTE ‘EPI’
Tebal buku  :  187
Tahun terbit : 2011 dan 2012
Dibalik pesonanya alam pulau burung  di ufuk timur Indonesia tak hanya mempesona alam dan burung cendrawasih  yang mengenal di tingkat Nasional dan Internasional tetapi ada pulah benda-benda tersebunyi khas Papua“nokon”.  Noken adalah tas yang merayut dari serat pohon dan rumput. Untuk membuat Noken dimulai dengan mengenal bahan baku. Bahan baku yang dimaksud disini adalah bahan baku alami yang cara proses jadi benan pintal konvensional tangan secara manual. Tangpa  melalui proses alami cara konvensional sulit mengenal di tingkat Nasional atau Internasional. Dari generasi –demi generasi Noken sebagai ahli waris yang sangat mudah di temuakan di Papua sampai di pelosok, karena Noken sebagai warisan budaya dari nenek moyang yang selalu melengket pada diri masyarakat Papua sebagai tempat untuk mengisi barang yang di perlukan dalam kebutuhan hidup.
Wajarlah penulis buku Titus Pekei mengajak masyarakat luas  dan mengankat di permukaan tentang warisan budaya Noken Papua tersebut itu. Kehadiran buku cermin Noken Papua layak kita disebut sebagai  buku Best Seller karena selama ini jarang medokumentasinya. Buku  yang ukuran buku dan kertas yang menarik ini, penulis mengupas berdasarkan enam bagian besar. Keenam bagian besar tersebut di awali dengan kata- kata komentar dari petingi Indonesia dalam rangkah menyambut buku Noken tersebut  selanjutnya di sambut oleh kata sambutan dari  ‘Wakil Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif’ bahwa Noken memiliki perang penting dalam penguatan ekonomi kreatif berbasisi kearifan lokal guna membangun karakter bangsa disertai pemahaman pentingnya  promosi wisata kerajinan tangan menjadi keterbaduan ilmu pengetahuan hidup dalam ilmu kebudayaan masyarakat adat Papua melalui pendidikan dan kebudayaan formal yang unik dan khas. keragaman alam pikir masyarakat dalam kemahiran ilmu merajut dan\atau menganyam yang terus memperkaya nilai-nilai kemandirian karakter bangsa dalam kejayaan warisan budaya kebangsaan kedepan.
 Berikutnya, pada bagian pertama penulis memapakan pengertian dari Noken Papua sebagai daya cipta, rasa, dan karsa yang memiliki manusia berbudaya dan beradat.  Kemudian, bagian kedua Pekei menunjukan permukaan tentang keadaan alam Papua dan masyarakat Noken Papua. Dalam buku yang tak luput dari penuh warna Noken  yang menarik  itu pada bagian ketiga, menjelaskan tentang daya cipta dan karsa yang unik dalam kemahiran budaya Noken dalam hal menganyam, merajut dan mengfungsikan Noken. Dan selanjutnya, pada bagian keempat dengan keperhatinan penulis yang mana nyatanya pada era modrenisasi yang semakin melupakan warisan budaya leluhur itu maka pekei mengajak untuk berusaha mengenalkan  kepada pemerhati maupun generasi muda bahwa bagaimana mengenal Noken, memahami Noken, pemaknaan Noken, serta menghargai Noken itu.
Pada bagian kelima dalam buku Noken tersebut ini, penulis juga tak mendiam diri untuk menyuarakan dan melestarikan demi  generasi penerus atau masa depan yang mana mengankat tema dengan masa depan Noken Papua  di soroti dari lima sudut pandan dalam hal perestarian yakni bagaimana mengankat warisan budaya tak benda itu, transmisi dan penyelamatan Noken, melindungi Noken Papua, nominasi Noken Papua dalam bayang-bayang Noken dalam Otsus Papua itu, dengan makna tersirat yang di petik dari pembaca bahwa bagaimana mempertahankan budaya warisan ini, agar tidak menagalami kepunaan tetapi menahan lebih lama budaya warisan Noken sebagai Aneka bernilai dalam hidup keseharian. 
Selanjutnya pada bagian keenam, Beliau Titus “disapanya” merenungkan secercah harapan, meniti jejak budaya Papuani yang kian ambang kepunaan itu, mengingatkan kita untuk Noken sebagai mengasah kemahiran demi keindaan dan kearifan lingkungan hidup Papua, pulah,melestarikan kearifan kontak budaya Papua, keberpihakan demi penyelamatan Noken Papua sebagai keabadian dalam hidup untuk terus tekat menumbuh kembangkan sebagai warisan yang patut di hargai sebelum mempelajari budaya luar alias budaya lain. Kehadiran buku ini, layak baca Pemuda, Laki-Laki, Perempuan,  Mudah, Tua, Siswa, Mahasiswa, Pemerintahan, maupun Swasta. Adapun juga,  Buku tersebut hadir di tengah Nusantara Indonesia karena dengan tekat penulis mengkaji dan mengikuti proses pendaftaran Noken dari Papua, menjadi warisan budaya tak benda ketingkat Dunia melalui Komisi UNESCO setelah batik, keris, wayang, angkulung dan tarisaman gayo dari Aceh dalam tahun 2012 ini. Semoga Penulis Titus Pekei ini sebagai motivasi bagi penulis-penulis muda Papua yang kini semakin mengenal dunia luas tentang dunia tulis-menulis, agar bisa
Oleh Yulius Pekei

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

apakah anda terinspirasi?