PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA
Kemampuan dalam memperoleh bahasa pertama merupakan pusat perhatian selama berabad-abad. Selama penelitian dimulai dengan ahli filsafah Jerman, Dietrich Tiedem sejak akhir abad ke-18 mencatat perkembangan linguistik dan dan psikologis dari anaknya sendiri. Pada dasarnya, semua anak, bila ditempatkan dalam lingkungan perkembangan yang normal, akan memperoleh bahasa ibunya dengan lancar dan efisien. Mereka memperoleh bahasa ibunya dengan alamiah, tanpa adanya bimbingan khusus, namun dibarengi oleh usaha sadar dalam pemerolehan bahasa tersebut. Oleh sebab itu, dala artikel ini menjelaskan gambaran tentang isu-isu pokok dalam pembelajaran bahasa pertama sebagai dasar bagi kita untuk tiba pada pengertian mengenai isu-isu dalam pemerolehan bahasa ke dua. Adanya pernyataan logis tentang pemerolehan bahasa pertama dalam membentuk pemerolehan bahasa ke dua.
Teori Pemerolehan Bahasa Pertama
Pada tahap awal sebagai seorang bayi dimulai dengan meraba, berceloteh atau menangis dan dapat menerima serta menyampaikan sejumlah pesan baik secara vokal maupun non vokal. Pada usia 18 bulan, kata-kata tadi mulai berlipat ganda jumlahnya bentuk kombimasi dua atau tiga kata yang dapat diartikan sebagai kalimat telegram. Menjelang usia satu tahun, ,mulai menirukan bunyi-bunyi sekitarnya dan ia pun sanggup mengucapkan kata-kata pertamanya.
Pada usia tiga tahun, anak tersebut sudah mulai dapat mengerti kebiasaan-kebiasaan kebahasaan (linguistik behaviour), kemampuan ujaran mereka makin bertambah cepat dan tak henti-hentinya berceloteh. Pada usia sekolah, anak-anak pada umumnya mempelajari bukan saja apa yang harus mereka ucapkan tetapi juga hal-hal yang tak boleh mereka ucapkan karena mereka masih mempelajari fungsi-fungsi sosial bahasa.
Pendekatan Behaviorisme
Menurut pandangan behaviorisme, bahasa adalah bagian yang fundamental dari keseluruhan tingkah laku manusia. Pendekatan yang beraliran behaviorisme ini dipusatkan pada aspek-aspek tingkah laku atau kebiasaan bahasa dapat diamati secara langsung yang artinya, pengamatan mereka diarahkan kepada respon-respon yang dapat diamati secara umum, serta keterhubungan atau assosiasi antara respon-respon dengan peristiwa-peristiwa dunia sekitar. Penganut behaviorisme beranggapan bahwa tingkah laku bahasa yang efektif sebenarnya merupakan hasil daripada respon yang tepat terhadap stimuli.
Pendekatan Nativisme
Pendekatan nativisme menjelaskan bahwa nativisme merupakan bersumber suatu keyakinan mendasar bahwa pemerolehan bahasa ditentukan bawaan dilengkapi dengan suatu alat untuk mempersepsikan bahasa sekitar kita yaitu LAD (Language Aquatition Device). Lalu dalam artikel ini menjelaskan bahwa LAD terdiri linguistik bawaan yaitu:
1. Kemampuan membedakan bunyi ujaran dari bunyi yang lain terdapat terdapat sekitarnya.
2. Kemampuan mengklasifikasikan peristiwa linguistik ke dalam kelompok-kelompok tertentu untuk dapat diucapkan dengan lancar.
3. Kemampuan untuk membedakan sistem bahasa tertentu dari sistem lainnya.
4. Kemampuan untuk mengerti sistem linguistik agar dapat membuat sistem-sistem yang lebih sederhana berdasarkan data-data linguistik yang telah dikuasai sebelumnya.
Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini sama halnya dengan pendekata nativisme. Pendekatan ini menjelaskan penelitian Bloom kepada tentang bahasa anak yang terpusat pada kognitif prilaku linguistik. Dia sependapat dengan Piaget dan Slobin, piaget menjelaskan perkembangan persepsi kemampuan kognisi dengan pengalaman linguistik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
apakah anda terinspirasi?