I. Pemekaran Kabupaten Dogiyai
Kabupaten dogiyai adalah kabupaten yang baru dimekarkan pada tahun 2009 oleh pemarintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah daerah terkait dan persetujuan masyarakat. Dengan adanya pemekaran ini masyarakat kabupaten dogiyai merasa bangga sebelumnya,tetapi setelah dimekarkan banyak dampak negatif yang di alaminya.
Seharusya diukur dari faktor sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) maka kabupaten dogiyai tidak pantas untuk di mekarkan karena dari kedua faktor tersebut tidak memedai dan tidak mendukung. Ada penyebab tertentu kabupaten dogiyai dimekarkan adalah impian bagi para koruptor terutama bagi pejabat-pejabat alias rakus uang.
II. Dampak Negatif-Nya
Ada beberapa dampak negatif yang di alami masyarakat kabupaten dogiyai sebagai berikut :
a).Dampak Negatif bagi Pendidikan
Dampak negatif bagi pendidikan yang dialami selama ini oleh masyarakat kabupaten dogiyai adalah terbatasnya gedung sekolah, kurangnya guru mengajar, kurangnya fasilitas yang memadai di sekolah-sekolah. Sehinnga anak-anak sekolah tersebut kurang berkompeten dan kurang mampu bersaing di dunia pendidikan
.
b).Dampak Negatif bagi Kesehatan
Dampak nagatif bagi kesehatan yang dialami selama ini oleh masyarakat kabupaten dogiyai adalah kurangnya RSU (rumah sakit umum), PUSKESMAS (pusat kesehatan masyarakat), POSYANDU (post pelayanan terpadu) dan APOTEK. Ada pun penyakit selama ini yang kita kenal adalah HIV/AIDS juga cukup beredar tinggi di dalam masyarakat, sehingga kesehatan bagi masyarakat kabupaten dogiyai sangatlah memprihatinkan.
c).Dampak Negatif bagi Ekonomi
Dampak negatif bagi ekonomi yang dialami selama ini oleh masyarakat kabupaten dogiyai adalah budaya malas kerja, akibatnya karena pemerintah mendatangkan beras JPS, dana BLT dan Uang miskin. Sehingga masyarakat kabupaten dogiyai hanya hidup mengharapkan kepada pemerintah kabuten dogiyai saja.
d).Dampak Negatif bagi Lingkungan
Dampak negatif bagi lingkungan yang dialami selama ini oleh masyarakat kabupaten dogiyai adalah beredarnya isu-isu yang merugikan bagi masyarakat kabupaten dogiyai terutama bagi kaum muda anak sekolah, sehinnga banyaknya anak-anak muda yang putus sekolah karena pengaruh lingkungan kini cenderung sangat berbau negatif.
e).Dampak Negatif bagi Sosial dan Budaya
Dampak negatif bagi sosial dan budaya yang dialami selama ini oleh masyarakat kabupaten dogiyai adalah banyaknya orang dogiyai yang cenderung terpengaruh dengan budaya-budaya asing yang datang dari luar, sehingga masyarakat kabupaten dogiyai melupakan jati diri mereka dan tidak melestarikan budayanya sendiri yang di wariskan oleh nenek moyang masyarakat kabupaten dogiyai.
Dengan melihat dari banyaknya dampak negatif yang dialami oleh masyarakat kabupaten dogiyai oleh karena itu masyarakat kabupaten dogiyai cenderung akan mengarah ke ambang kehancuran. Oleh karena itu seluruh masyarakat yang ada di kabupaten dogiyai harus mampu beradaptasi dan mampu bersaing dengan dunia modern.
GROP PENULIS PEMULA
Oleh: ALFRIDUS DUMUPA
E-mail: alfridusg2@gmail.com
UNTUK MEMILIKI BUKU/2, &; MAJALAH,2 PAPUA KONTAK SAJA HP. 081392549876.SIAP ANTAR.
Sabtu, 28 Agustus 2010
Penyebaran Virus HIV/AIDS di Papua
Apa itu HIV/AIDS?
HIV/AIDS adalah: virus yang menyerang dan merusak system kekebalan tubuh kita sehingga kita tidak bisa bertahan terhadap penyakit-penyakit yang menyerang ke tubuh kita.
Maka itu dilihat dari sisi kesehatan pada saat ini pula papua terancam dengan penyakit yang kita kenal yaitu HIV/AIDS, dengan tersebarnya penyakit ini orang papua semakin hari semakin punah. Itu akibatnya karena dengan tidak sadarnya orang papua sehingga penyakit itu pun tersebar di pelosok tanah papua. Penyakit tersebut mudah tertular melalui beberapa cara sebagai berikut:
1. Tidak setia terhadap suami-istri (seks bebas)
2. Penggunaan jarum suntik bekas
3. Transfusi darah
4. Ibu hamil yang sudah terinfeksi HIV terhadap anak yang di kandungnya
5. Dan masih banyak lagi
Dengan melihat dari mudahnya tertular penyakit tersebut, maka kewaspadaan terhadap kita harus jaga. Karena obat untuk menyembuhkan penyakit HIV/AIDS pada saat pula masih belum di temukan oleh dunia.
Obat ARV(Anti Retrobio Virus) ini mampu untuk mencegah penyakit HIV/AIDS tetapi tidak mampu untuk mengobati, maka hampir banyak orang papua yang sudah terinfeksi HIV yang mengonsumsi obat ARV tersebut. Sebenarnya hal ini mudah untuk mencegah penyakit tersebut, tapi karena selama ini pemerintah papua hanya membabibuta untuk membebaskan atau mendatangkan pelacur-pelacur dari luar papua yang sudah terinfeksi HIV/AIDS dan menempatkan mereka di tempat-tampat umum yakni: Diskotik, bar, terminal umum kendaraan, sehinnga banyak orang papua mudah tergoda dengan pelacur-pelacur tersebut, dengan cara atau hal inilah yang membuat orang papua tertular dan mendapatkan penyakit HIV/AIDS tersebut.
Melihat dari data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan dan KPA ( Komisi Penanggulan AIDS) provinsi papua menyatakan bahwa penyebaran virus HIV AIDS setiap tahun selalu meningkat dan banyaknya oarang papua yang sudah terinfeksi HIV/AIDS, jadi diperkirakan bahwa orang papua akan menjadi minoritas di atas tanahnya sendiri. Sebagai pertanyaan Apakah? Ini wajar kalau orang papua menjadi minoritas di papua!
Maka itu kita harus perhatikan ada beberapa cara untuk mencegah penyakit HIV/AIDS yaitu sebagai berikut:
1. Setia pada pasangan
2. Hindari hubungan seks bebas
3. Hindari penggunaan jarum suntik secara bergantian
4. Gunakan kondom apabila berhubungan seks
Dengan melihat dan menjalani beberapa pencegahan diatas maka kita dan keluarga kita pun bisa selamat dari ancaman penyakit HIV/AIDS. Banyaknya orang yang selalu menyinggung dan berbicara lewat, media massa, media cetak, seminar-seminar, pertemuan maupun dialog interaktif dan buku-buku yang menyangkut penyakit ini.
Tetapi sulit untuk di jangkau karena banyak orang yang masih belum sadar akan penyakit tersebut dan masih banyak orang pula belum tahu tentang penyakit HIV/AIDS ini, sedangkan penyakitnya sudah tersebar jauh di papua lebih khususnya di kampung-kampung dan daerah-daerah terpencil, karena kurangnya informasi mengenai penyakit ini dan terbatas pendidikan.
bagaimana dengan kita yang sudah tentang penyakit HIV/AIDS, setidaknya kita harus menjaga kewaspadaan terhadap penyakit itu, karena penyakit itu mudah tertular dari teman kita, saudarah kita, keluarga kita maupun dari siapa saja. Karena penyakit ini merupakan penyakit yang sulit disembuhkan dan tidak ada obatnya.
GROUP PENULIS PEMULA
Oleh : ALFRIDUS DUMUPA
HIV/AIDS adalah: virus yang menyerang dan merusak system kekebalan tubuh kita sehingga kita tidak bisa bertahan terhadap penyakit-penyakit yang menyerang ke tubuh kita.
Maka itu dilihat dari sisi kesehatan pada saat ini pula papua terancam dengan penyakit yang kita kenal yaitu HIV/AIDS, dengan tersebarnya penyakit ini orang papua semakin hari semakin punah. Itu akibatnya karena dengan tidak sadarnya orang papua sehingga penyakit itu pun tersebar di pelosok tanah papua. Penyakit tersebut mudah tertular melalui beberapa cara sebagai berikut:
1. Tidak setia terhadap suami-istri (seks bebas)
2. Penggunaan jarum suntik bekas
3. Transfusi darah
4. Ibu hamil yang sudah terinfeksi HIV terhadap anak yang di kandungnya
5. Dan masih banyak lagi
Dengan melihat dari mudahnya tertular penyakit tersebut, maka kewaspadaan terhadap kita harus jaga. Karena obat untuk menyembuhkan penyakit HIV/AIDS pada saat pula masih belum di temukan oleh dunia.
Obat ARV(Anti Retrobio Virus) ini mampu untuk mencegah penyakit HIV/AIDS tetapi tidak mampu untuk mengobati, maka hampir banyak orang papua yang sudah terinfeksi HIV yang mengonsumsi obat ARV tersebut. Sebenarnya hal ini mudah untuk mencegah penyakit tersebut, tapi karena selama ini pemerintah papua hanya membabibuta untuk membebaskan atau mendatangkan pelacur-pelacur dari luar papua yang sudah terinfeksi HIV/AIDS dan menempatkan mereka di tempat-tampat umum yakni: Diskotik, bar, terminal umum kendaraan, sehinnga banyak orang papua mudah tergoda dengan pelacur-pelacur tersebut, dengan cara atau hal inilah yang membuat orang papua tertular dan mendapatkan penyakit HIV/AIDS tersebut.
Melihat dari data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan dan KPA ( Komisi Penanggulan AIDS) provinsi papua menyatakan bahwa penyebaran virus HIV AIDS setiap tahun selalu meningkat dan banyaknya oarang papua yang sudah terinfeksi HIV/AIDS, jadi diperkirakan bahwa orang papua akan menjadi minoritas di atas tanahnya sendiri. Sebagai pertanyaan Apakah? Ini wajar kalau orang papua menjadi minoritas di papua!
Maka itu kita harus perhatikan ada beberapa cara untuk mencegah penyakit HIV/AIDS yaitu sebagai berikut:
1. Setia pada pasangan
2. Hindari hubungan seks bebas
3. Hindari penggunaan jarum suntik secara bergantian
4. Gunakan kondom apabila berhubungan seks
Dengan melihat dan menjalani beberapa pencegahan diatas maka kita dan keluarga kita pun bisa selamat dari ancaman penyakit HIV/AIDS. Banyaknya orang yang selalu menyinggung dan berbicara lewat, media massa, media cetak, seminar-seminar, pertemuan maupun dialog interaktif dan buku-buku yang menyangkut penyakit ini.
Tetapi sulit untuk di jangkau karena banyak orang yang masih belum sadar akan penyakit tersebut dan masih banyak orang pula belum tahu tentang penyakit HIV/AIDS ini, sedangkan penyakitnya sudah tersebar jauh di papua lebih khususnya di kampung-kampung dan daerah-daerah terpencil, karena kurangnya informasi mengenai penyakit ini dan terbatas pendidikan.
bagaimana dengan kita yang sudah tentang penyakit HIV/AIDS, setidaknya kita harus menjaga kewaspadaan terhadap penyakit itu, karena penyakit itu mudah tertular dari teman kita, saudarah kita, keluarga kita maupun dari siapa saja. Karena penyakit ini merupakan penyakit yang sulit disembuhkan dan tidak ada obatnya.
GROUP PENULIS PEMULA
Oleh : ALFRIDUS DUMUPA
Minggu, 08 Agustus 2010
SERUAN MORAL MUTIARA HITAM
SERUAN MORAL MUTIARA HITAM
Forum Komunikasi Mahasiswa Katolik Papua (FKMKP) daerah istimewah Yogyakarta, mengadakan rapat re-organisasi, Tepat pada hari Minggu, 11 Juli 2010, Pukul 10.00 -11.30 WIB, ditempat Kantin Universitas Sanata Dharma. Dalam rapat re-organisasi membahas beberapa agenda yakni: Membangun koordinasi kembali orang Katolik Papua, Membentuk tim Reorganisasi FKMKP DIY Jateng, Mendata Mahasiswa Katolik Papua DIY dan Jateng.
Dalam Pengalaman mencatat bahwa sekitar tahun 1980-1990-an, di seluruh Jawa dan Bali orang Katolik Papua pernah merintis jalan memanusiakan manusia Papua. Ada pulah sejara menyatakan bahawa sejak adanya FKMP, sangat terlita mahasiswa katolik yang mendiami di kota study jawa tengga dan juga terbangun komunikasi antara 5 keuskupan di papaua. Dalam urganisasi itu pulah menempu berbagai kegiatan yakni:, berdiskusi, mengumpulkan ide dan gagasan brilian dari kos ke kos, dari kampus ke kampus, dari pertemuan ke pertemuan melahirkan organisasi sebagai tempat belajar bagi orang Papua tanpa memandang suku, agarna, dan kepentingan lainnya. Sejak itu juga orang Papua sudah meletakan gagasan-gagasan kesatuan dan persatuan melalui pebentukan komunitas-komunitas sebagai tempat pencurahan hati antar sesama.
Dalam rapat re-organisasi FKMKP, menyinggung juga bahwa re-organisasi ini bukan sekedar saja nama melainkan, punya visi dan misi yang sangat jauh pengulasannya namun saya mengambil salah satu agenda yang mengarisbawahhi dari forum bahawa dalam organisasi untuk menjaling hubungan kerja sama antara berbagai sudut pandangan yakni pemimpin agama katolik, mahasiswa katolik, masyatakat katolik disamping tidak melepas agama-agama lain seperti Islam, Kristen, Budha, Hindu. Sudah mengukir kisah-kisah kesuksesan yang perlu diikuti orang muda Papua saat ini, khususnya orang Katolik Papua.
Mereka yang pernah berkumpul dan bercerita itu..., kini sedang berada di posisi-posisi terpenting di seluruh tanah Papua. Nama organisasi yang pernah mereka rintis adalah Ikatan Pemuda dan Mahasiswa Irian Jaya (IPMIRJA), yang ketika itu Papua masih menggunakan kata Irian Jaya. Orangisasi ini merangkul seluruh pemuda/pemudi mahasiswa katolik Papua di seluruh Jawa Bali. Sesudah itu, di setiap kota studi membentuk paguyuban-paguyuban sesuai dengan kabupaten di Papua, sejak itu keberadaan papua dengan kedua 12 kabupaten. Karena ketika itu yang mulai bergerak di organisasi kebanyakan orang Katolik sehingga mendorong pendirian Yayasan BINTERBUSIH dan diikuti dengan pembentukan komunitas-komunitas mahasiswa Katolik Papua di Jawa Bali. Salah satu komunitas mahasiswa Katolik Papua di DIY dan Jateng adalah Sub Biro Katolik Papua (SBK) Papua. Hal ini diikuti pula teman-teman dari Protestan Papua, yang intinya membangun komunikasi dan solidaritas antar orang Papua.
Sub Biro Katolik Papua sesungguhnya telah melahirkan kader-kader pemimpin Papua dan mereka sedang berkiprah dalam berbagai aspek pembangunan di seluruh Papua. Seperti Bapak Theo Sitokdana, wakil bupati Pegunungan Bintang, Bpk Sam Bless, Bpk Manase Fan, Ferry Taa, Keli Nandarmana, Spei Bidana, Thomas Afanfo, dan banyak laigi. Namun, apa kata orang atas keberadaan SBK atau FKMKP saat ini? SBK (FKMKP) sudah tidak bergerak, fakum selama 4 tahun, disebabkan salah satu alasan ialah badan pengurus inti telah kembali ke Papua sebelum melakukan REORGANISASI dan beberapa kendala lain yang perlu dilihat secara baik. Oleh karena itu dibutuhkan pemikiran-pemikiran kritis dan objektif untuk melakukan transformasi keorganisasian yang telah fakum Ini adalah sebuah masalah yang harus dilihat orang Katolik Papua . jika tidak, maka ini sebagai wujud perpecahan dan ketidaktahuan antar orang Papua dalam kontek gerejani kedepan di Papua.
Kehidupan mahasiswa Katolik Papua saat ini di DIY dan Jateng merupakan sebuah dilema, sehingga diperlukan konsolidasi secara sadar untuk membangkitkan kembali semangat kebersamaan dan solidaritas memperkuat basis di setiap wilayah keuskupan. Adanya banyak hal yang harus dilihat oleh kita sebagai orang Katolik. Saya perlu mengatakan bahwa kegigihan orang Katolik Papua di tingkat mahasiswa di seluruh Jawa Bali saat ini semakin meredam hingga sampai generasi penerusnya tak buat apa-apa sehingga sampai keberadaan sekarang dimanfaatkan orang lain. Satu sisi lagi yang kita perluh meninggung namun adanya terjadi pemekarang di seluruh papaua, membuat mahasiswa katolik jadih penontong setia hingga pemerhati agama pun kini memamfaatkan waktu untuk berpolitik. Kini, siapa orang muda katolik papua yang bisa memegang jati diri nama ini? , Apa yang harus diperbuat orang Katolik Papua demi pembangunan manusia Papua kedepan? Mari kita saksikan fenomena yang sedang terjadi dalam diri sendiri sekaligus sebagai umat Katolik?. Berdasarkan realitas yang ada ini, membuat kami mahasiswa katolik papua bergerak hati untuk membangun semangat berjiwa katolik papua.
Oleh : yummy pekei
Forum Komunikasi Mahasiswa Katolik Papua (FKMKP) daerah istimewah Yogyakarta, mengadakan rapat re-organisasi, Tepat pada hari Minggu, 11 Juli 2010, Pukul 10.00 -11.30 WIB, ditempat Kantin Universitas Sanata Dharma. Dalam rapat re-organisasi membahas beberapa agenda yakni: Membangun koordinasi kembali orang Katolik Papua, Membentuk tim Reorganisasi FKMKP DIY Jateng, Mendata Mahasiswa Katolik Papua DIY dan Jateng.
Dalam Pengalaman mencatat bahwa sekitar tahun 1980-1990-an, di seluruh Jawa dan Bali orang Katolik Papua pernah merintis jalan memanusiakan manusia Papua. Ada pulah sejara menyatakan bahawa sejak adanya FKMP, sangat terlita mahasiswa katolik yang mendiami di kota study jawa tengga dan juga terbangun komunikasi antara 5 keuskupan di papaua. Dalam urganisasi itu pulah menempu berbagai kegiatan yakni:, berdiskusi, mengumpulkan ide dan gagasan brilian dari kos ke kos, dari kampus ke kampus, dari pertemuan ke pertemuan melahirkan organisasi sebagai tempat belajar bagi orang Papua tanpa memandang suku, agarna, dan kepentingan lainnya. Sejak itu juga orang Papua sudah meletakan gagasan-gagasan kesatuan dan persatuan melalui pebentukan komunitas-komunitas sebagai tempat pencurahan hati antar sesama.
Dalam rapat re-organisasi FKMKP, menyinggung juga bahwa re-organisasi ini bukan sekedar saja nama melainkan, punya visi dan misi yang sangat jauh pengulasannya namun saya mengambil salah satu agenda yang mengarisbawahhi dari forum bahawa dalam organisasi untuk menjaling hubungan kerja sama antara berbagai sudut pandangan yakni pemimpin agama katolik, mahasiswa katolik, masyatakat katolik disamping tidak melepas agama-agama lain seperti Islam, Kristen, Budha, Hindu. Sudah mengukir kisah-kisah kesuksesan yang perlu diikuti orang muda Papua saat ini, khususnya orang Katolik Papua.
Mereka yang pernah berkumpul dan bercerita itu..., kini sedang berada di posisi-posisi terpenting di seluruh tanah Papua. Nama organisasi yang pernah mereka rintis adalah Ikatan Pemuda dan Mahasiswa Irian Jaya (IPMIRJA), yang ketika itu Papua masih menggunakan kata Irian Jaya. Orangisasi ini merangkul seluruh pemuda/pemudi mahasiswa katolik Papua di seluruh Jawa Bali. Sesudah itu, di setiap kota studi membentuk paguyuban-paguyuban sesuai dengan kabupaten di Papua, sejak itu keberadaan papua dengan kedua 12 kabupaten. Karena ketika itu yang mulai bergerak di organisasi kebanyakan orang Katolik sehingga mendorong pendirian Yayasan BINTERBUSIH dan diikuti dengan pembentukan komunitas-komunitas mahasiswa Katolik Papua di Jawa Bali. Salah satu komunitas mahasiswa Katolik Papua di DIY dan Jateng adalah Sub Biro Katolik Papua (SBK) Papua. Hal ini diikuti pula teman-teman dari Protestan Papua, yang intinya membangun komunikasi dan solidaritas antar orang Papua.
Sub Biro Katolik Papua sesungguhnya telah melahirkan kader-kader pemimpin Papua dan mereka sedang berkiprah dalam berbagai aspek pembangunan di seluruh Papua. Seperti Bapak Theo Sitokdana, wakil bupati Pegunungan Bintang, Bpk Sam Bless, Bpk Manase Fan, Ferry Taa, Keli Nandarmana, Spei Bidana, Thomas Afanfo, dan banyak laigi. Namun, apa kata orang atas keberadaan SBK atau FKMKP saat ini? SBK (FKMKP) sudah tidak bergerak, fakum selama 4 tahun, disebabkan salah satu alasan ialah badan pengurus inti telah kembali ke Papua sebelum melakukan REORGANISASI dan beberapa kendala lain yang perlu dilihat secara baik. Oleh karena itu dibutuhkan pemikiran-pemikiran kritis dan objektif untuk melakukan transformasi keorganisasian yang telah fakum Ini adalah sebuah masalah yang harus dilihat orang Katolik Papua . jika tidak, maka ini sebagai wujud perpecahan dan ketidaktahuan antar orang Papua dalam kontek gerejani kedepan di Papua.
Kehidupan mahasiswa Katolik Papua saat ini di DIY dan Jateng merupakan sebuah dilema, sehingga diperlukan konsolidasi secara sadar untuk membangkitkan kembali semangat kebersamaan dan solidaritas memperkuat basis di setiap wilayah keuskupan. Adanya banyak hal yang harus dilihat oleh kita sebagai orang Katolik. Saya perlu mengatakan bahwa kegigihan orang Katolik Papua di tingkat mahasiswa di seluruh Jawa Bali saat ini semakin meredam hingga sampai generasi penerusnya tak buat apa-apa sehingga sampai keberadaan sekarang dimanfaatkan orang lain. Satu sisi lagi yang kita perluh meninggung namun adanya terjadi pemekarang di seluruh papaua, membuat mahasiswa katolik jadih penontong setia hingga pemerhati agama pun kini memamfaatkan waktu untuk berpolitik. Kini, siapa orang muda katolik papua yang bisa memegang jati diri nama ini? , Apa yang harus diperbuat orang Katolik Papua demi pembangunan manusia Papua kedepan? Mari kita saksikan fenomena yang sedang terjadi dalam diri sendiri sekaligus sebagai umat Katolik?. Berdasarkan realitas yang ada ini, membuat kami mahasiswa katolik papua bergerak hati untuk membangun semangat berjiwa katolik papua.
Oleh : yummy pekei
MEMBUKA LANGKA AWAL KEUSKUPAN TIMIKA
MEMBUKA LANGKA AWAL KEUSKUPAN TIMIKA
Sesuai kesepakatan RUA(rapat umum anggota),telah lahir Forum Komunikasi Pelajar dan Mahasiswa Katolik Papua (FKPMKP) pada,tanggal 24-agustus-2010 di gedung aula imanuel jl. Gejayaan Jogyakarta, dalam acara RUA dihadiri 70-an pelajar dan mahasiswa dari lima keuskupan papua yang berdomisili di Propinsi D.I.Yogyakarta dan Jawa tengah. Kelima keuskupan papua yakni: Keuskupan Sorong, Keuskupan Jayapura, Keuskupan Merauke, Keuskupan Agats dan Keuskupan Timika.
Pada saat RUA tersebut telah tetapkan anggaran dasar dan Rumah tanggah (AD/RT), penetapan Garis-Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO), penetapan Garis-Garis Besar Haluan Kerja (GBHK), penetapan visi-misi, penetapan lambang dan logo serta sekaligus pemilihan badan formatur.
Telah lahir FKPMKP yang mencakupi lima keuskupan tersebut sedang dalam pendataan yang dikoordinir oleh kordinator masing- masing keskupan misalnya sala satu keuskupan Timaka pada tanggal 1 Agustus 2010 di APY yang mana tempat yang tidak begitu terlindung dengan atap dan dinding (lapangan tebuka). Dalam langkah ini, sebagai awal penggenalan dan pendataan dengan tujuan untuk memulai dari interen sebelum melangkah ke yang lebih luas. Dalam rapat ini juga membahas batas wilaya keuskupan timika yakni beberapa kabupaten misalnya Nabire, Paniai, Dogiai, Deiyai, Mimika, Puncak Jaya dan pula daerah-daerah yang mendiami di sekitar teluk cenderawasih meliputi Biak, Serui dan Waropen.
Meeting yang dilakukan ini, sesuai dengan visi-misi yang di sepakati pada saat RUA dengan tema ‘bersama FKPMP kita membangun pemuda/I katolik papua yang cerdas, kritik dan humanis melandaskan iman katolik,. untuk terwujutnyatakan kegiatan diskusi ini dilaksanakan sambil ngobrol-ngobrol (makan dan minum). Secara garis besar dalam rapat ini, membahas dua agenda utama yakni: pengenalan dalam Reorganisasi FKPMKP dan batas-batas pergaulan Ikatan yang ada.
1. Penggenalan Dalam FKPMKP
Waktu menunjukan pukul 10:30 WIB selaku kordinator payuban keuskupan timika Meri Tebai di wakili saudara obet you dalam pembukaan sambutan menyatakan bahwa diskusi ini sangat penting untuk mahasiswa katolik papua payuban timika untuk mensejahterakan FKPMKP dan membina diri sikap mental dalam penampilan sebagai orang yang bertanggungjawab tampa ragu apapun dalam organisasi-organisasi atau pula dimuka umum di kalangan masyarakat dan pemerintah. Setelah sambutan dari ketua kordinator diberikan kesempatan kepada ketua FKPMKP Agus Dogomo, menyampaikan sambutan bahwa karena baru lahir forum ini dan baru jalani tugas saya maka, saya sangat berterimakasih diskusi semacam ini untuk mendorong saya untuk memperkokoh jalan forum ini dan saya harap kedepan ganti saya makin kokoh tampa ragu. Disamping dari kedua ini juga banyak ide-ide dan usulan yang muncul oleh peserta diskusi sifatnya membangun mahasiswa katolik Timika untuk sejahterakan FKPMKP, diantara adalah sebagai berikut:
a. Harus ada pembentukan sekretaris dan bendahara,sekaligus pendata mahasiswa Katolik Papua di Keuskupan Timika.
b. Perlu ada rapat forum dengan 4 keuskupan lainnya.
c. Bagimana cara merangkul mahasiswa katolik asal Keuskupan Timika yang di mana sementara terdiami di sudut-sudut kota jogyakarta dan organisasi-organisasa lain diluar FKPMKP.
d. Menjaga satu sama lain yang sifatnya mengagalkan dan membubarkan payuban Keuskupan Timika pada khususnya dan umumnya FKPMKP.
2. Penggenalan Dalam Ikatan
Melihat, Meredamnya keakraban dan persatuan wisselmeren raya Jogyakarta maka itu, disini sedikit mengaris bawahi bagaimana cara bergaul dan pendekatan dengan satu sama lain. salah satu faktor yang sangat mempengarui meredamnya ikatan tersebut adalah pengaruh-pengaruh pemecaan wilaya kabupaten meeuwoo kini sudah menjadi 4 wilaya kabupaten yakni: Paniai, Nabire, Dogiyai, dan Deiyai yang sebelumnya satu wilaya Kabupaten Paniai dengan ibukota di Nabire. Pemecahan kabupaten inilah membuat pengaruh di kalangan mahasiswa/I suku mee di Jogyakarta.
Maka dengan itu menyimpulkan bahwa, mari kita melangkah bersama untuk mewujutkan persatuan dan kesatuan mahasiswa papua padaumumnya dan lebih khususnya keuskupan mimika, untuk membina individual kita sendiri baik dalam dunia akademis maupun humanistic agar selalu menumbukan kesetiaan melayani dan dilaiyani satu sama yang lain diantara kita pelajar dan mahasiswa papua di Yogyakarta.
01-Agustus-2010
Grup penulis pemula
Oleh: Stefen .O. Bukega
Sesuai kesepakatan RUA(rapat umum anggota),telah lahir Forum Komunikasi Pelajar dan Mahasiswa Katolik Papua (FKPMKP) pada,tanggal 24-agustus-2010 di gedung aula imanuel jl. Gejayaan Jogyakarta, dalam acara RUA dihadiri 70-an pelajar dan mahasiswa dari lima keuskupan papua yang berdomisili di Propinsi D.I.Yogyakarta dan Jawa tengah. Kelima keuskupan papua yakni: Keuskupan Sorong, Keuskupan Jayapura, Keuskupan Merauke, Keuskupan Agats dan Keuskupan Timika.
Pada saat RUA tersebut telah tetapkan anggaran dasar dan Rumah tanggah (AD/RT), penetapan Garis-Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO), penetapan Garis-Garis Besar Haluan Kerja (GBHK), penetapan visi-misi, penetapan lambang dan logo serta sekaligus pemilihan badan formatur.
Telah lahir FKPMKP yang mencakupi lima keuskupan tersebut sedang dalam pendataan yang dikoordinir oleh kordinator masing- masing keskupan misalnya sala satu keuskupan Timaka pada tanggal 1 Agustus 2010 di APY yang mana tempat yang tidak begitu terlindung dengan atap dan dinding (lapangan tebuka). Dalam langkah ini, sebagai awal penggenalan dan pendataan dengan tujuan untuk memulai dari interen sebelum melangkah ke yang lebih luas. Dalam rapat ini juga membahas batas wilaya keuskupan timika yakni beberapa kabupaten misalnya Nabire, Paniai, Dogiai, Deiyai, Mimika, Puncak Jaya dan pula daerah-daerah yang mendiami di sekitar teluk cenderawasih meliputi Biak, Serui dan Waropen.
Meeting yang dilakukan ini, sesuai dengan visi-misi yang di sepakati pada saat RUA dengan tema ‘bersama FKPMP kita membangun pemuda/I katolik papua yang cerdas, kritik dan humanis melandaskan iman katolik,. untuk terwujutnyatakan kegiatan diskusi ini dilaksanakan sambil ngobrol-ngobrol (makan dan minum). Secara garis besar dalam rapat ini, membahas dua agenda utama yakni: pengenalan dalam Reorganisasi FKPMKP dan batas-batas pergaulan Ikatan yang ada.
1. Penggenalan Dalam FKPMKP
Waktu menunjukan pukul 10:30 WIB selaku kordinator payuban keuskupan timika Meri Tebai di wakili saudara obet you dalam pembukaan sambutan menyatakan bahwa diskusi ini sangat penting untuk mahasiswa katolik papua payuban timika untuk mensejahterakan FKPMKP dan membina diri sikap mental dalam penampilan sebagai orang yang bertanggungjawab tampa ragu apapun dalam organisasi-organisasi atau pula dimuka umum di kalangan masyarakat dan pemerintah. Setelah sambutan dari ketua kordinator diberikan kesempatan kepada ketua FKPMKP Agus Dogomo, menyampaikan sambutan bahwa karena baru lahir forum ini dan baru jalani tugas saya maka, saya sangat berterimakasih diskusi semacam ini untuk mendorong saya untuk memperkokoh jalan forum ini dan saya harap kedepan ganti saya makin kokoh tampa ragu. Disamping dari kedua ini juga banyak ide-ide dan usulan yang muncul oleh peserta diskusi sifatnya membangun mahasiswa katolik Timika untuk sejahterakan FKPMKP, diantara adalah sebagai berikut:
a. Harus ada pembentukan sekretaris dan bendahara,sekaligus pendata mahasiswa Katolik Papua di Keuskupan Timika.
b. Perlu ada rapat forum dengan 4 keuskupan lainnya.
c. Bagimana cara merangkul mahasiswa katolik asal Keuskupan Timika yang di mana sementara terdiami di sudut-sudut kota jogyakarta dan organisasi-organisasa lain diluar FKPMKP.
d. Menjaga satu sama lain yang sifatnya mengagalkan dan membubarkan payuban Keuskupan Timika pada khususnya dan umumnya FKPMKP.
2. Penggenalan Dalam Ikatan
Melihat, Meredamnya keakraban dan persatuan wisselmeren raya Jogyakarta maka itu, disini sedikit mengaris bawahi bagaimana cara bergaul dan pendekatan dengan satu sama lain. salah satu faktor yang sangat mempengarui meredamnya ikatan tersebut adalah pengaruh-pengaruh pemecaan wilaya kabupaten meeuwoo kini sudah menjadi 4 wilaya kabupaten yakni: Paniai, Nabire, Dogiyai, dan Deiyai yang sebelumnya satu wilaya Kabupaten Paniai dengan ibukota di Nabire. Pemecahan kabupaten inilah membuat pengaruh di kalangan mahasiswa/I suku mee di Jogyakarta.
Maka dengan itu menyimpulkan bahwa, mari kita melangkah bersama untuk mewujutkan persatuan dan kesatuan mahasiswa papua padaumumnya dan lebih khususnya keuskupan mimika, untuk membina individual kita sendiri baik dalam dunia akademis maupun humanistic agar selalu menumbukan kesetiaan melayani dan dilaiyani satu sama yang lain diantara kita pelajar dan mahasiswa papua di Yogyakarta.
01-Agustus-2010
Grup penulis pemula
Oleh: Stefen .O. Bukega
Selasa, 03 Agustus 2010
KINI HADIRLAH DI PANGKUANKU
Judul Buku : Tindakan Pilihan Bebas
“Orang Papua Dan Penentuan Nasip Sendiri”
Penulis : Prof. P.J. Drooglever
Penerbit : Kanisius (Anggota IKPI)
Tebal : 867
Tanggal terbit : 2 agustus 2010
Setelah penyerahan kedaulatan pada tanggal 27 desember 1949, papua bagian barat menjadi pemicu sengketa antara belanda dan Indonesia, pada tahuan enam puluhan hampir saja berkembang menjadi satu peperangan. Pada kurung waktu yang beberbeda pemerinta belanda, dengan Josedh Luns sebagai Menteri Luar Negeri melancarkan satu politik aktif untuk berbagai tanggung jawap terhadap wilayah Papua dengan pihak lain. Di bawah tekanan kuat Amerika Serikat tercapailah kesepakatan New York pada tanggal 15 Agustus 1962. Menurut peretauran yang ditetapkan disitu, satu setenggah bulan kemudian Papua di tetapkan Pemerinta Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang menyerahkan wilayah itu kepada Indonesia pada tanggal 1 Mei 1963. Untuk mengikuti keinginan belanda persetujuan itu memuat ketentuan, bahwa sesudah beberapa tahuan Indonesia memerintah, satu kegiatan pemilihan bebas akan berlangsung. Di bagian yang lain Orang-Orang Papua akan dapat menggungkapkan dirinya mengenai pertanyaan: Apakah mereka ingin meneruskan hubungan dengan Indonesia atau memutuskanya. Konsultasi dengan rakyat ini terjadi pada tahun 1969 dibawah pengawasan PBB.
Dalam buku ini, Prof. Drooglever memperlihatkan bagimana sengketa papua terjadi, berkembang, dan diselesaikan seperti yang tertera pada judul. Hal itu ia lakukan sambil berpeganggan pada penelitian arsip yang luas, di Negara yang terkait dengan sengketa itu, dalam buku ini, juga dibicarakan baik perkembangan Internasional maupun jalanya peristiwa itu sendiri. Kita melihat bagiman wilaya ini mula-mula berkembang dari pojok belakangan hindia belanda menjadi satu proyek pembangunan dibawah bendera Klonial. Kemudian di sketsakan satu gambarang mengenai pemerintahan antara PBB dan tahun-tahun pertama kekuasaan Indonesia. Buku berakhir dengan sebuah lapolan mengenai pelaksanaan kegiatan pemilihan bebas dan reaksi-reaksi terhadapnya di belanda dan di PBB.
Maka tampaklah bahwa suasana di sekitar konsultasi sejak awal menyimbulkan keraguan mengenai pertanyaan apakah hasilnya benar-benar mewakili suara rakyat. Ada pun bagian-bagian yang sangat ekskirim yang dibahas oleh pengarang buku ini yakni terdiri dari 14 bagian, secara perinci kita memaparkan bahwa bagian pertama membahas Tentang Pojok Terujung Hindia Belanda Hingga Sampai Kilas Balik. Bagian kedua membahas tentang Kejutang Perang Hinga Sampai Gema Revolusi. Bagian ketiga membagas tentang Papua Sebagai Obyek Perundingan, disini pembahasanya terlalu panjang pengarang membahas terurai bagiman Indonesia menjadi merdeka, Klaim-Klaim Terhadap Papua, papua diantara para pemain dan hingga sampai dua langka belanda. Bagian keempat membahas tentang bagimana Lepas Dari Indoneia.
Bagian kelima membahas tentang Jago- Jago Persabungan, hingga membahas Sampai Konfrensi Jenewa. Bagian keenam membahas tentang Bagiama Prosesnya Hingga Langsung Dibawah Plein, hingga sampai satu Proyek Pengembangan Dibawah Bendera Klonial. Bagian ketuju membahas tentang Perdebatan Dalam Perspektif Internasional, hingga membahas sampai Posisi Titik Tolak. Bagian kedelapam membahas tentang Perubahan Cuaca Di Den Haag dan Wasihingtong. Bagian ke sembilang membahas tentang Metamorfose Rencana Luns, hingga bagian ini pembahasannya sampai bagimana Kesepakatan New York. Bagian kesepulu penulis membahas juga bagimana Demokratisasi di Bawah Bot Dan Platteel, hingga membahas sampai Pembetukan Partai.
Bagian kesebelas membahas tentang bagimana Pengaru Masuknya Dewan Papua Dan Partai-Partai Politi, Syaraf-Syaraf di Papua, dan Sikap-Sikap Politik Orang Orang Papua Tahun 1962 “Blues Papua”. Bagian kedua belas membahas bagimana pengaruh negative dan posif yang dialami oleh orang papua selama didalam Genggaman Jakarta. Pada bagian ketiga belas membahas tentang bagimana Kegiatan Pemilihan Bebas: Fase Pertama hingga Sampai Orang-Orang Papua Beraksi. Bagian keempat belas membahas tentang bagimana Kegiatan Pemilian Bebas; fase kedua hingga Menenggok Kembali Di Belanda.
Buku ini berisi kearivan dari para guru masa kini yang sedang memburu sejarah dan seluk beluknya tentang papua hingga sampai saling tidak menanggapi antara pemerintah pusat dengan masyarakat papua itu sendiri. Maka, Dengan kehadiran buku ini, membuat kita saling memahami dan menempu satu titik tempu untuk menyelesaikan persoalan yang sedang bergulir waktu-demi waktu ini. Membaca buku ini, seolah- olah mengajak kita merenungkan sejarah, menambah wawasan, pemahaman yang lebih luas dan lebih terperinci dan pulah menemukan pemikiran yeng berguna. Maka itu, tenggoklah buku ini, bilah perluh milikilah buku ini terutama orang papua.
Yang merasa inggin miliki buku ini, hubunggi:
Yulius Pekei (081392549876)
Email : yykebadabi@yahoo.com
Blog : yuliuskebadabi.blogspot.com
“Orang Papua Dan Penentuan Nasip Sendiri”
Penulis : Prof. P.J. Drooglever
Penerbit : Kanisius (Anggota IKPI)
Tebal : 867
Tanggal terbit : 2 agustus 2010
Setelah penyerahan kedaulatan pada tanggal 27 desember 1949, papua bagian barat menjadi pemicu sengketa antara belanda dan Indonesia, pada tahuan enam puluhan hampir saja berkembang menjadi satu peperangan. Pada kurung waktu yang beberbeda pemerinta belanda, dengan Josedh Luns sebagai Menteri Luar Negeri melancarkan satu politik aktif untuk berbagai tanggung jawap terhadap wilayah Papua dengan pihak lain. Di bawah tekanan kuat Amerika Serikat tercapailah kesepakatan New York pada tanggal 15 Agustus 1962. Menurut peretauran yang ditetapkan disitu, satu setenggah bulan kemudian Papua di tetapkan Pemerinta Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang menyerahkan wilayah itu kepada Indonesia pada tanggal 1 Mei 1963. Untuk mengikuti keinginan belanda persetujuan itu memuat ketentuan, bahwa sesudah beberapa tahuan Indonesia memerintah, satu kegiatan pemilihan bebas akan berlangsung. Di bagian yang lain Orang-Orang Papua akan dapat menggungkapkan dirinya mengenai pertanyaan: Apakah mereka ingin meneruskan hubungan dengan Indonesia atau memutuskanya. Konsultasi dengan rakyat ini terjadi pada tahun 1969 dibawah pengawasan PBB.
Dalam buku ini, Prof. Drooglever memperlihatkan bagimana sengketa papua terjadi, berkembang, dan diselesaikan seperti yang tertera pada judul. Hal itu ia lakukan sambil berpeganggan pada penelitian arsip yang luas, di Negara yang terkait dengan sengketa itu, dalam buku ini, juga dibicarakan baik perkembangan Internasional maupun jalanya peristiwa itu sendiri. Kita melihat bagiman wilaya ini mula-mula berkembang dari pojok belakangan hindia belanda menjadi satu proyek pembangunan dibawah bendera Klonial. Kemudian di sketsakan satu gambarang mengenai pemerintahan antara PBB dan tahun-tahun pertama kekuasaan Indonesia. Buku berakhir dengan sebuah lapolan mengenai pelaksanaan kegiatan pemilihan bebas dan reaksi-reaksi terhadapnya di belanda dan di PBB.
Maka tampaklah bahwa suasana di sekitar konsultasi sejak awal menyimbulkan keraguan mengenai pertanyaan apakah hasilnya benar-benar mewakili suara rakyat. Ada pun bagian-bagian yang sangat ekskirim yang dibahas oleh pengarang buku ini yakni terdiri dari 14 bagian, secara perinci kita memaparkan bahwa bagian pertama membahas Tentang Pojok Terujung Hindia Belanda Hingga Sampai Kilas Balik. Bagian kedua membahas tentang Kejutang Perang Hinga Sampai Gema Revolusi. Bagian ketiga membagas tentang Papua Sebagai Obyek Perundingan, disini pembahasanya terlalu panjang pengarang membahas terurai bagiman Indonesia menjadi merdeka, Klaim-Klaim Terhadap Papua, papua diantara para pemain dan hingga sampai dua langka belanda. Bagian keempat membahas tentang bagimana Lepas Dari Indoneia.
Bagian kelima membahas tentang Jago- Jago Persabungan, hingga membahas Sampai Konfrensi Jenewa. Bagian keenam membahas tentang Bagiama Prosesnya Hingga Langsung Dibawah Plein, hingga sampai satu Proyek Pengembangan Dibawah Bendera Klonial. Bagian ketuju membahas tentang Perdebatan Dalam Perspektif Internasional, hingga membahas sampai Posisi Titik Tolak. Bagian kedelapam membahas tentang Perubahan Cuaca Di Den Haag dan Wasihingtong. Bagian ke sembilang membahas tentang Metamorfose Rencana Luns, hingga bagian ini pembahasannya sampai bagimana Kesepakatan New York. Bagian kesepulu penulis membahas juga bagimana Demokratisasi di Bawah Bot Dan Platteel, hingga membahas sampai Pembetukan Partai.
Bagian kesebelas membahas tentang bagimana Pengaru Masuknya Dewan Papua Dan Partai-Partai Politi, Syaraf-Syaraf di Papua, dan Sikap-Sikap Politik Orang Orang Papua Tahun 1962 “Blues Papua”. Bagian kedua belas membahas bagimana pengaruh negative dan posif yang dialami oleh orang papua selama didalam Genggaman Jakarta. Pada bagian ketiga belas membahas tentang bagimana Kegiatan Pemilihan Bebas: Fase Pertama hingga Sampai Orang-Orang Papua Beraksi. Bagian keempat belas membahas tentang bagimana Kegiatan Pemilian Bebas; fase kedua hingga Menenggok Kembali Di Belanda.
Buku ini berisi kearivan dari para guru masa kini yang sedang memburu sejarah dan seluk beluknya tentang papua hingga sampai saling tidak menanggapi antara pemerintah pusat dengan masyarakat papua itu sendiri. Maka, Dengan kehadiran buku ini, membuat kita saling memahami dan menempu satu titik tempu untuk menyelesaikan persoalan yang sedang bergulir waktu-demi waktu ini. Membaca buku ini, seolah- olah mengajak kita merenungkan sejarah, menambah wawasan, pemahaman yang lebih luas dan lebih terperinci dan pulah menemukan pemikiran yeng berguna. Maka itu, tenggoklah buku ini, bilah perluh milikilah buku ini terutama orang papua.
Yang merasa inggin miliki buku ini, hubunggi:
Yulius Pekei (081392549876)
Email : yykebadabi@yahoo.com
Blog : yuliuskebadabi.blogspot.com
Langganan:
Postingan (Atom)