Selasa, 13 Juli 2010

MELESTARIKAN NILAI POSITIP PERANG SUKU

MELESTARIKAN NILAI POSITIP PERANG SUKU

Suku Dani yang berada di Wamena Papua sangat dikenal oleh mancanegara karena suku ini memiliki beberapa kebiasaan yang khas. Salah satu adalah kebiasaan mereka dengan perang suku. Mereka mengenal dua bentuk perang yaitu perang intern konfederasi dan perang antar konfederasi. Setiap kali ada perang suku antara 2 kelompok selalu saja mengakibatkan korban nyawa dan harta. Secara adat perang suku itu dapat dihentikan oleh Kepala Suku bila korban nyawa dari dua kelompok itu seimbang. Jikalau korban nyawa dari dua kelompok tidak seimbang maka perang terus berlanjut dalam waktu yang relatif lama.
Setelah adanya pengaruh luar dari Gereja dan Pemerintah mulai sejak tahun 1959, maka dari kedua pihak ini sangat membatasi bahkan melarang agar suku Dani memberhentikan kebiasaan perang suku . Larangan ini bertujuan untuk mengamankan daerah sehingga masyarakat hidup dalam damai dan pembangunan berlangsung dalam suasana kondusif.
Orang suku Dani lebih diarahkan untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan pembangunan baik dari pihak Gereja maupun dari Pemerintah. Keterlibatan mereka dalam pembangunan itu mau diarahkan agar mereka tidak ketinggalan dari daerah-daerah lainnya di Papua atau di Indonesia.
Beberapa saat belakangan ini Gereja maupun Pemerintah telah sukses menyadarkan masyarakat Suku Dani agar mereka semakin melihat dan memahami apa nilai positip dari perang suku. Melalui musyawarah yang diadakan oleh kedua pihak dengan tokoh-tokoh masyarakat ternyata diketemukan sejumlah hal positip dari kebiasaan perang suku ini.
Beberapa nilai positip antara lain:
Mereka sangat kreatif untuk membuat alat-alat perang (Busur, Anak Panah,Tombak) yang sangat variatif. Mereka dapat menciptakan hiasan-hiasan khusus yang dipakai pada saat perang, seperti hiasan di kepala, di dada, di muka, di tangan. Hiasan ini mengandung nilai seni maupun nilai religius dan keamanan.
Mereka dapat menciptakan strategi-strategi perang yang tepat dalam menghadapi musuh. Dari sisi positip mereka sudah terbiasa untuk menghadapi tantangan dan selalu ada solusi untuk menghadapi berbagai tantangan dari luar.
Mereka memiliki semangat juang yang tinggi terhadap berbagai tantangan sehingga mereka lebih aktip dalam pembangunan.
Mereka ditanamkan rasa keberanian , harga diri serta percaya diri dalam menghadapi berbagai tantangan pada zaman modern.Mereka dapat menciptakan lagu-lagu yang sesuai dengan suasana perasaan saat itu. Mereka membina semangat kebersamaan diantara kelompok.Mereka dapat menari-nari dengan gerakan-gerakan kombinasi kreatif yang memukau penonton terutama yang menyaksikan pada event-event tertentu lebih khusus saat perayaan HUT RI.
Tampilan permainan perang-perangan ini menjadi sumber income bagi mereka dan bagi devisa daerah/negara melalui para tourist mancanegara yang berkunjung ke Wamena sebagai salah satu kota tourist di Indonesia.
Mereka membina hubungan yang harmonis dengan roh-roh leluhur yang melindungi mereka dalam hidup sehari-hari termasuk ketika perang sebagaimana yang dilakonkan dalam permainan perang-perangan.
Mengingat ada sejumlah nilai positip di atas maka Pemerintah dan Gereja serta Masyarakat telah bersepakat untuk melestarikan kebiasaan nilai Perang Suku ini sebagai salah satu jenis Olahraga Tradisional Suku Dani. Tujuan utama melestarikan nilai-nilai budaya sekaligus olahraga yang memberikan kontribusi pada warga masyarakat terlebih khusus bagi generasi muda dan mendatangkan devisa negara melalui touristme ke Wamena Indonesia.


Oleh: RM, Yanuarius Matopai You ________________________________________________________________________
Catatan: Tulisan ini Pernah Muat di Media Massa Kolom Bebas Bicara BERNAS Yogyakarta, Pada Tanggal 13 Januari 2010. ( SUDAH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

apakah anda terinspirasi?